NAIROBI – Kabinet Kenya pada Senin (3/10) menyetujui komersialisasi jagung hasil rekayasa genetika (genetically modified/GM), memungkinkan budi daya terbuka dan impor untuk membantu memperbarui sektor manufaktur dan produksi pertanian.
Kabinet yang diketuai oleh Presiden Kenya William Ruto itu mengatakan persetujuan tersebut diberikan sebagai langkah maju untuk mentransformasi pertanian di Kenya secara signifikan dengan mengadopsi tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.
“Melalui tindakan eksekutif, budi daya terbuka dan impor jagung putih hasil rekayasa genetika saat ini diizinkan,” kata kabinet tersebut dalam pernyataannya.
Menurut pernyataan itu, keputusan tersebut dicapai sesuai dengan rekomendasi dari gugus tugas untuk meninjau hal-hal yang berkaitan dengan bahan pangan hasil rekayasa genetika dan keamanan pangan, dan sesuai dengan pedoman dari Otoritas Keamanan Hayati Nasional pada semua perjanjian internasional yang relevan termasuk Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati (Cartagena Protocol on Biosafety/CPB).
Kabinet tersebut mengatakan keputusan itu didasarkan pada respons jangka menengah hingga panjang terhadap kekeringan yang tengah berlangsung dan rekomendasi dari gugus tugas.
Langkah tersebut menjadikan Kenya sebagai negara pertama di kawasan Afrika timur yang menyetujui penanaman dan impor tanaman hasil rekayasa genetika.
Kenya saat ini bergabung dengan Afrika Selatan, Sudan, Mesir, dan Burkina Faso yang sebelumnya telah mengomersialkan penanaman tanaman hasil rekayasa genetika mulai dari jagung, sorgum, dan kacang tunggak, serta tanaman komersial seperti kapas dan kedelai.
Pada 2012, pemerintah Kenya melarang budi daya terbuka tanaman hasil rekayasa genetika serta impor tanaman pangan dan pakan ternak yang dihasilkan melalui inovasi bioteknologi.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nairobi. (XHTV)