NAIROBI – Berlokasi sekitar 85 kilometer sebelah tenggara Nairobi, ibu kota Kenya, perkebunan moringa atau daun kelor seluas 10 hektare milik Li Changhong berhasil bertahan dari musim kemarau berkepanjangan dan mempertahankan kesuburannya.
Perkebunan luas itu, yang terletak di sebelah jalan raya sibuk yang menghubungkan Nairobi dengan kota pelabuhan Mombasa, merupakan tempat yang berharga bagi agropreneur China itu. Li membuktikan kepada orang-orang yang pesimistis bahwa perkebunan kelor dan lidah buaya dapat dibuka di sebuah wilayah yang terkenal dengan kekeringan akutnya.
Perkebunan kelor dan lidah buaya tidak hanya tumbuh subur di tengah berbagai fenomena cuaca yang ekstrem, tetapi juga memberikan arus pendapatan tetap bagi pekerja setempat.
TERESIA MUTUA, Pekerja perkebunan:
“Saya mengirimkan pesan kepada masyarakat untuk menanam kelor karena kelor memberikan kami banyak manfaat. Sejak saya bekerja di sini, hidup saya banyak berubah karena saya telah berhasil menyekolahkan anak-anak saya, dan saya menjalani kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.”
Selain mempekerjakan warga setempat, kebun kelor milik Li juga berfungsi sebagai pusat demonstrasi tentang cara menanam, memupuk, menyiram, dan memanen benih dan bunga dari tanaman tersebut.
Li mengatakan dia menandatangani perjanjian dengan 700 petani lokal dan berencana untuk memasok bibit kelor secara gratis, guna memungkinkan mereka mendiversifikasi varietas tanaman itu sehingga dapat bertahan dengan pola cuaca buruk.
LI CHANGHONG, Direktur Eshine Agricultural Planting Company Limited:
“Faktanya, dari 2018 hingga sekarang, Kenya telah mengalami kekeringan yang sangat parah. Menanam dua tanaman komersial ini akan membantu meningkatkan taraf hidup petani setempat. Saya berharap setelah promosi dan penanaman lebih lanjut, kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik lagi.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nairobi. (XHTV)