WARTABUANA – Sedikitnya 30 pakar lintas agama, jurnalis senior dan intelektual membahas buku Denny JA yang berjudul “Spirituality of Happiness”. Bahkan menurut Profesor dan Doktor Teologi Joas Adiprasetya buku itu melampaui kuliah “The Science of Wellbeing” yang diampu Dr. Laurie Santos dari Yale University.
“Saya bilang buku ini dahsyat dan menggugat kemapanan tradisi beragama dan berpikir. Tapi ujungnya, buku ini menganjurkan Jalan Cinta,” komentar Dr (HC). Hussein Muhammad.
“Ini buku yang menggelisahkan. Mereka yang terbiasa dengan spiritualitas gelombang satu: mitologi dan gelombang kedua: agama wahyu, akan gelisah membaca buku ini,” komentar Dr. Albertus Patty.
“Denny JA menawarkan jalan keempat dalam memahami kebahagian: jalan ilmu pengetahuan. Tiga jalan sebelumnya: common sense, agama dan filsafat,” komentar Dr. Jalaluddin Rahmat.
Selain para pakar itu ada juga nama-nama pakar, profesional dan praktisi lain yang mengokemtari buku tersebut, seperti Dr Komaruddin Hidayat, Dr. Haidar Bagir, Prof. Dr. Kautzar Azhari Noer, Dr. Franky Budi Hardiman dan Dr. Budhy Munawar Rahman.
Bahkan sebuah grup Facebook Esoterika_Forum Spiritualitas memuat seluruh 30 review dari 30 tokoh. IQRA.ID memuat sebagian review itu. Puluhan WA grup ikut memforward dan mendiskusikannya.
Denny JA mengamini komentar Dr Franky Budi Hardiman, yang menyebut buku ini intisari perjalanan 40 tahun spiritualitasnya mendalami empat agama besar: Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Pakar survey itu juga menekuni Theosophy, Krishnamurti, OSHO, Subud hingga Ki Ageng Surya Mentaram.
Juga di otak manusia ada Parietal Cortex. Jika bagian ini hidup, akan lahir pertanyaan eksistensial: siapakah aku? Apa makna hidup? Adakah Tuhan?
Ujungnya Denny juga membaca perkembangan terakhir Neuro Science dan Positive Psychology. Dia merumuskan pengalamannya dalam empat formula. Itu yang menjadi intisari buku.
Pertama, sejarah manusia dan homo sapiens dapat dibagi dalam tiga gelombang narasi besar spiritualitas. Narasi spiritual berdasarkan mitos. Ini belangsung sejak 70 ribu tahun lalu.
Lalu spiritualitas berdasarkan keyakinan wahyu (agama). Ini berlangsung sejak 3000 tahun lalu. Terakhir, spiritualitas berdasarkan ilmu pengetahuan empirik. Ini baru berlangsung sekitar 70 tahun lalu dengan datangnya ilmu baru Neuro Science dan Positif Psychology.
Kedua, menurut Denny, rumah spiritual dan pencarian makna itu bersumber dari otak manusia. Neuroscience menunjukkan manusia gelisah mencari makna dan kebahagiaan karena hadirnya happy hormones dalam otak manusia: Dopomine, Serotonine, Oxytocine dan Endorphine.
Juga di otak manusia ada Parietal Cortex. Jika bagian ini hidup, akan lahir pertanyaan eksistensial: siapakah aku? Apa makna hidup? Adakah Tuhan?
Inilah penggerak manusia mencari makna sepanjang sejarah. Kebutuhan meaning of life, Tuhan, dan sebagainya, itu tertanam kuat dalam syaraf manusia.
Ketiga, pertanyaan eksistensial itu selalu membayangi homo sapiens. Dan jawaban atas pertanyaan itu tergantung dari pengetahuan dominan zamannya. Karena itu lahirnya zaman mitologi, zaman wahyu dan zaman ilmu pengetahuan.
Ujung dari pencarian itu adalah motif manusia untuk hidup bahagia. Hidup bermakna. Hidup yang punya tujuan.
Kini pertanyaan itu dijawab oleh ilmu pengetahuan berdasarkan riset akademik. Jawabannya tak lagi bersandar pada otoritas wahyu dan mitos.
Keempat, Denny JA merumuskan formula happiness berdasarkan riset empirik. Ia sebut ini spiritualitas baru abad 21. Kadang ia menyebutnya spiritualitas gelombang ketiga. Spiritualitas ini bukan agama, tidak menggantikan agama, bahkan memperkuat agama asal.
Spirtualitas baru ini bahkan dapat menyatukan kembali homo sapiens, yang kini terpencar dalam 4300 agama, 195 negara dan 6500 bahasa.
Denny merumuskan formula Happiness itu dengan rumus 3 P + 2 S. Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning dan Spiritual Blue Diamond.
Tulis Denny, apapun agama, asal negara, status ekonomi, gender, warna kulit, paham politik. Semua individu dapat bahagia sejauh menerapkan mindset dan habit 3 P+ 2 S. Ini adalah hasil riset.
Spiritualitas ternyata sisi lain dari Denny JA yang selama ini kurang diketahui publik. Ia lebih dikenal sejauh ini sebagai the founding father dari konsultan politik dan survei opini publik. Juga ia pelopor puisi esai. Juga Denny dikenal temannya selaku pribadi “self made millionaire: merangkak dari aktvis kini menjadi pengusaha milyuner.
Luasnya perhatian dan pencapaian Denny, membuat ahli teologi Joas Adiprasetya menyebut Denny JA memiliki Rainforest Brain. Yaitu Pribadi yang kompleks, intense dan gifted. Ini istilah dari Paula Prober yang mengamati anak anak jenius dengan pribadi yang kompleks.
Kini 60 karya sastra Denny JA dibuatkan video animasi dengan substitle bahasa Inggris. 20 buku karangannya ditejemahkan ke bahasa Inggris. Juga 30 pidato terpilihnya untuk tema yang luas, dari politik, agama dan sastra, juga diberi substitle bahasa Inggris.
Denny JA sendiri menjadikan buku Spirituality of Happiness sebagai derma. Ia membagikan gratis. Siapapun dapat membaca dan mengunduh, mencetak, melalui link:
https://www.facebook.com/groups/970024043185698/permalink/1446574215530676/
[]