WARTABUANA – Tidak ada yang tabu dilakukan sepanjang untuk kepentingan masyarakat luas dalam rangka akselerasi pencapaian visi negara, yakni berdaulat, bersatu, adil, makmur dan sejahtera.
Hal itu disampaikan Dina Hidayana, Staf Ahli MPR RI yang juga Ketua Bidang Komunikasi Publik DEPINAS SOKSI dalam kesempatan sebagai pembicara di acara diskusi TVRI Jawa Timur bertemakan Etika Pengelolaan Hutan, yang berlangsung Selasa (29/3/ 2022).
Dina Hidayana, menyampaikan apresiasi atas langkah agresif dan antisipasif Pemerintah dalam menyiapkan logistik pangan, baik untuk kepentingan militer maupun non militer, termasuk beberapa diantaranya dengan memanfaatkan sebagian kawasan hutan. Politisi muda yang akrab dipanggil Dina ini berpendapat, tidak ada yang tabu dilakukan sepanjang untuk kepentingan masyarakat luas dalam rangka akselerasi pencapaian visi negara, yakni berdaulat, bersatu, adil, makmur dan sejahtera.
Keluarnya Permenhan No 7 Tahun 2019, tentang Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pertahanan Negara, telah mengawali dilakukannya Program Food Estate yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh Pemerintah RI untuk memacu produktivitas pangan sekaligus menjadi cadangan pangan strategis untuk kepentingan militer.
Dina Hidayana, yang saat ini sedang menempuh jenjang S3 di Universitas Pertahanan RI ini melihat fenomena tersebut sebagai wujud kongkrit Pemerintah dalam merespon ancaman FAO terkait ancaman kelangkaan pangan yang sudah di depan mata.
Sejak 2008, FAO telah menunjukkan hasil penelitian yang menyebutkan kebutuhan pangan dunia di tahun 2030 adalah sebesar 40% dan akan bertambah dua kali lipat di tahun 2050 atau dapat pula diartikan bahwa dibutuhkan produksi pangan sebesar 42% di tahun 2030 dan menjadi 70% di tahun 2050.
Diketahui pandemi telah mendisrupsi atau memperlebar celah defisit kebutuhan pangan dan mengancam serius negara-negara yang selama ini bergantung pada impor pangan, termasuk Indonesia.

Dina Hidayana melihat program Food Estate, bukan semata-mata aktivitas produksi. Sekalipun dalam proses dan teknis pelaksanaannya, termasuk pemilihan komoditi dianggap banyak pihak termasuk aktivis lingkungan sebagai tindakan gegabah yang masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan, sebaliknya, Dina Hidayana mendekati isu ini dengan mempersepsikan dalam konteks outward looking.
Pemerintah dengan Food Estate ini tampaknya ingin menyiratkan dua pesan penting yang menjadi detterent effect bagi dunia internasional, ujar Dina. Pertama, psy war bahwa Indonesia siap sebagai penyangga utama dunia internasional sebagai lumbung pangan dunia dan Kedua, bahwa Indonesia bersiaga penuh menghadapi segala ancaman dan tantangan yang membahayakan NKRI termasuk dalam menempatkan urusan yang sangat fundamental dan strategis, yaitu pemenuhan kebutuhan pangan.
Diluar kesiagaan mempersiapkan SDM dan alutsista yang handal, cadangan logistik pangan dipercaya sebagai instrumen strategis dalam memenangkan peperangan apapun, tambah Dina Hidayana yang saat ini sedang menyelesaikan Disertasinya yang berjudul Optimasi Kebijakan Sektor Pangan dalam Memperkokoh Kebijakan Sektor Pertahanan Negara di Universitas Pertahanan RI.
Dina Hidayana mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak lagi mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam melihat carut marut pengelolaan hutan juga degradasi yang sangat masif dalam beberapa dekade terakhir pasca reformasi.
“Saatnya kita berbenah, introspeksi bersama menjadi sangat penting. Sinergitas Quatro helix harus terus dibangun, kolaborasi yang baik antara Pemerintah, Akademisi, Swasta, dan Civil Society menjadi jalan akselerasi pencapaian Indonesia Maju di tahun 2045, ujar Dina Hidayana yang sejak 2005 telah aktif menyalurkan ide dan gagasan sebagai aktivis Partai Golkar melalui giat Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan ini.[]