JAKARTA, WB – Selain padatnya penduduk yang tiap tahunnya meningkat, Jakarta juga dikenal sebagai kota metropolitan dengan tingkay kemacetan yang tinggi dan wailayah yang sering langganan banjir.
Padahal segala upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi hal tersebut terus dilakukan. Namun tetap saja, Jakarta semakin “kacau balau”.
Menurut Senior Urban Economist World Bank Taimur Samad, jika hal ini terus terjadi, Jakarta bakal terus mengalami kerugian dari tahun ke tahun.
“Sepanjang tahun 2014 saja, akibat macet dan banjir Ibu Kota Jakarta mengalami kerugian mencapai USD3 miliar atau setara dengan Rp37,5 triliun,” kata Samad di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (26/1/2015).
Berdasarkan data dari World Bank, akibat banjir 2014 sebanyak 64.000 rakyat Jakarta harus mengungsi, dan 17,1 persen kawasan Jakarta tertutup banjir, sehingga akses untuk `wara-wiri` terkendala banjir dan mematikan ekonomi Ibukota.
Oleh sebab itu, dia menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta dan kota lainnya di Indonesia berani untuk berinvestasi dengan jumlah besar untuk dapat berkompetisi dengan kota-kota lainnya di Asia. Investasi tersebut, bisa dalam bentuk infrastruktur perkotaan.
“Infrastruktur perkotaan tersebut adalah transportasi umum, sanitasi, pasokan air bersih, perumahan bagi warga kurang mampu dan juga layanan kesehatan dasar yang apabila dikelola dengan benar maka kota-kota di Indonesia akan mendapatkan manfaatnya terutama produktifitas masyarakat kota yang tergolong luar biasa,” jelasnya.[]