WARTABUANA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (15/2) mengatakan jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan secara mingguan telah menurun hampir separuhnya sejauh tahun ini.
Angka tersebut menurun dari 5 juta lebih kasus dalam pekan yang dimulai pada 4 Januari menjadi 2,6 juta kasus pada pekan yang dimulai 8 Februari, ungkap Tedros dalam konferensi pers virtual di Jenewa.
“Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah kesehatan masyarakat sederhana telah berhasil, bahkan di tengah kemunculan varian baru,” ujar kepala WHO itu.
Menurutnya, jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan secara global telah menurun selama lima pekan berturut-turut, dan angka kasus mingguan terendah yang dilaporkan sejak Oktober 2020 tercatat pada pekan lalu.
“Yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita menanggapi tren ini. Api memang belum padam, namun setidaknya kita telah memperkecil skalanya. Jika kita berhenti memeranginya di bagian mana pun di dunia, virus ini akan kembali melonjak,” ujarnya.
“Setiap hari dengan jumlah kasus yang lebih sedikit berarti lebih banyak nyawa diselamatkan, penderitaan dicegah, dan beban sistem kesehatan menjadi sedikit berkurang,” kata Tedros, seraya menambahkan bahwa dunia saat ini punya lebih banyak alasan untuk berharap pandemi bisa terkendali.
Meski demikian, Tedros mengatakan bahwa dunia saat ini sudah memiliki segala hal yang diperlukan untuk pendistribusian vaksin yang cepat, dan negara-negara perlu meningkatkan produksi vaksinnya serta melakukan upaya untuk menjamin pendistribusian vaksin yang merata.
“Memastikan pendistribusian vaksin yang cepat dan merata secara global sangatlah penting demi menyelamatkan nyawa dan menstabilkan sistem kesehatan. Namun di samping itu, hal ini juga penting untuk menyelamatkan mata pencaharian dan menstabilkan ekonomi,” tambahnya.
Di tengah perjuangan dunia melawan pandemi, vaksinasi telah berlangsung di beberapa negara menggunakan sejumlah vaksin coronavirus yang sudah diotorisasi.
Sementara itu, 242 kandidat vaksin saat ini tengah dikembangkan di seluruh dunia, dengan 63 di antaranya dalam tahap uji klinis, di beberapa negara seperti Jerman, China, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat, menurut informasi yang dirilis WHO pada 9 Februari. [Xinhua]