WARTABUANA – Dipicu laporan CEO Mark Zuckerberg yang setuju untuk bersaksi di depan Kongres terkait skandal data perusahaan, sontak kembali membuat saham Facebook turun dari 4,9 persen atau 7,84 poin menjadi USD 152,2.
Melansir laman CNN Money, Rabu (28/3/2018), skandal dimulai pada 16 Maret lalu, setelah Facebook mengatakan pihaknya menangguhkan kerja sama dengan perusahaan analisis data Cambridge Analytica. Perusahaan ini diduga memanen lebih dari 50 juta data pengguna Facebook.
Cambridge Analytica merupakan konsultan yang bekerja saat kampanye kepresidenan Donald Trump. Sejak itu, saham Facebook telah anjlok 18 persen mencapai USD 80 miliar dari nilai pasar perusahaan raksasa jejaring sosial tersebut. Alhasil, kekayaan bersih Zuckerberg juga berkurang hingga USD 14 miliar.
Saham teknologi secara umum ikut terpukul sejak tuduhan terhadap Facebook pertama kali terungkap. Indeks Nasdaq bahkan tercatat turun 6 persen. Saham perusahaan media sosial yang terimbas, antara lain YouTube, Google dan Twitter. Saham Google, yang merupakan induk usaha Alphabet (GOOGL), turun 7 persen sejak 16 Maret, sementara Twitter anjlok 20 persen.
Hal ini karena investor dilaporkan khawatir Facebook, Google dan Twitter akan terkena pengaturan baru yang lebih ketat dari Pemerintah Amerika Serikat dan di seluruh dunia karena kontroversi Cambridge Analytica. Hal itu dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan pada ketiga perusahaan besar tersebut, terutama Facebook.
Investor juga khawatir bahwa pengguna dapat meninggalkan layanan perusahaan ini dengan alasan privasi. Dan jika pengguna pergi, selanjutnya diikuti pengiklan. Itulah sebabnya beberapa analis Wall Street telah menurunkan target harga dan perkiraan penghasilan mereka untuk Facebook selama satu setengah minggu terakhir.
Meski masih ada yang justru meningkatkan prediksinya, dengan alasan bahwa yang terburuk akan segera berlalu dan investor bereaksi berlebihan.
“Skandal itu kemungkinan akan terus muncul, para investor harus menyadari bahwa penjualan berkelanjutan pada sektor ini bukan hal yang mengejutkan, dan jika skandal lain akan melanda, itu kemungkinan kembali berdampak ke sektor teknologi,” kata Craig Birk, Wakil Presiden Eksekutif
Manajemen Portofolio Personal Capital dalam sebuah catatannya.[]