WARTABUANA – Thailand pada Jumat (12/3) mengumumkan akan menunda sementara peluncuran kampanye vaksinasi COVID-19 AstraZeneca setelah beberapa negara Eropa menangguhkan penggunaan vaksin tersebut karena kekhawatiran pembekuan darah.
“Belum dapat dipastikan apakah gejala pembekuan darah itu berkaitan langsung dengan vaksin AstraZeneca. Vaksinnya bagus, tetapi demi keselamatan masyarakat Thailand, kami memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin itu hingga evaluasi lebih lanjut,” ujar Kiattiphum Wongrajit, Sekretaris Tetap Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand dalam sebuah konferensi pers.
Negara tersebut juga membatalkan rencana bagi Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan anggota kabinetnya untuk menerima suntikan vaksin AstraZeneca yang dijadwalkan pada Jumat yang sama.
Pengumuman itu muncul setelah negara-negara termasuk Denmark, Norwegia, dan Islandia menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca menyusul laporan adanya pembentukan gumpalan darah usai beberapa orang menerima vaksin tersebut.
“Dengan penundaan ini, kami tidak mengatakan bahwa vaksin itu bermasalah. Penundaan ini adalah untuk menunggu verifikasi apakah ada kaitannya dengan vaksin atau batch vaksin itu,” ujar Yong Poovorawan, seorang ahli virologi senior di Universitas Chulalongkorn Bangkok, pada konferensi pers tersebut.
“Vaksin yang dipasok ke Thailand bukanlah batch yang sama seperti di Eropa, tetapi dibuat di Asia,” kata Yong.
Thailand meluncurkan program inokulasi nasional pada 28 Februari dengan menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi China, Sinovac. Negara itu telah memesan vaksin Sinovac, dengan batch pertama vaksin tiba pada 24 Februari lalu. Thailand juga menerima vaksin AstraZeneca pada hari yang sama.
Sejauh ini, Thailand telah mengonfirmasi lebih dari 26.600 kasus COVID-19 dan 85 kematian. [Xinhua]