Cilacap, WB – Ketika mengetahui ajal akan menjemput dalam sebuah putusan eksekusi mati, tiada kata hanya penyesalan yang terenung. Mereka ada yang tegar dan adapula yang masih tidak menerima hukuman. Seperti yang diutarakan para terpidana mati kepada pendamping.
Rani Andriani alias Melisa Aprilia dan Namaona Denis, merupakan dua terpidana mati. Sebelum dieksekusi keduanya dipertemukan dengan pemuka agama yang diwakili oleh Hasan Makarim yang seorang ketua MUI Cilacap.
Berdasarkan keterangan Hasan, Rani Andriani secara ketegaran mental sudah siap untuk menerima vonis mati dibandingkan Namaona.
“Dia (Rani), secara mental cukup siap, kalau Denis secara mental belum,” papar Hasan Makarim di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (16/1/2015).
Kata Hasan, pendampingan perlu dilakukan kepada terpidana mati. Hal itu dilakukan agar si terpidana dapat siap secara mental. Dan peran Hasan lah untuk memberikan terapi berpikir positif.
“Biarkan dia bertanya-tanya karena lama-lama akan ada ungkapan. Setelah itu kita masuk berikan nasihat,” kata Hasan.
Berdasarkan pengakuan Hasan, saat berkomunikasi dengan Rani terjalin cukup akrab dan komunikatif. Bahkan keduanya menggunakan bahasa asal Rani yaitu bahasa Sunda.
“Ayah Rani datang, dan Mereka tampak tegar. Saya bangga lihat keduanya,” ujarnya.
Hasan menambahkan, pesan Rani kepada dirinya adalah meminta untuk dimakamkan di samping makam Almarhumah ibunya.
Sementara itu dilokasi berbeda, terpidana mati wanita lainnya adalah Tran Thi Bich Hanh (37) atau yang akrab disapa Asien ini terlihat menangis saat mengetahui dirinya akan dieksekusi mati.
Asien merupakan Narapidana di Lapas Wanita Bulu Semarang untuk kasus Narkoba. Air mata tidak pernah lepas dari pipinya ketika dia mencurahkan isi hatinya tidak mau dieksekusi mati.
“Awalnya Asien justru terlihat tegar ketika dirinya akan dieksekusi. Asien menyiapkan permintaan terakhir yaitu tidak diborgol saat eksekusi dilaksanakan,” ujar rohaniawan dari GBT Firman Kudus, Luis Immanuel.
Pasca diketahui kalau grasinya ditolak, Asien langsung menerima. Namun permintaanya adalah tidak ingin diborgol saat akan dieksekusi.
“Kondisinya kadang tenang kadang sedih. Dia juga kerap bilang enggak mau mati. Saya katakan yang penting kamu pegang janji Tuhan,” ujar Immanuel.[]