JAKARTA, WB – Perkembangan kelompok radikal Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di tanah air, kian menghawatirkan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Direktur Executive Indonesia Intitute For Democracy and Public Policy, Taufan Hunneman.
Menurut Taufan, dikatakan mulai menghawatirkan mengacu pada beberapa kejadian yang terjadi dibeberapa pekan terakhir seperti uji coba peledakkan bom di ITC Depok sampai gelombang kepergian beberapa orang yang pergi menuju Suriah.
“Ini jelas merupakan kegagalan fatal kepala badan intelejen negara dalam menjalankan fungsional jabatannya,” ujar Taufan lewat pesan singkatnya, Kamis (26/3/2015).
Menurutnya ada tiga hal yang perlu dicatat atas kekhawatiran merebaknya ISIS ditanah air. Yang pertama kata dia, tidak adanya asupan informasi yang valid bisa di lihat dari tidak terdeteksinya 16 WNI yang tertangkap di Turki.
Yang kedua lanjut Taufan adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tidak mempunyai visi yang komprehensif dan tuntas atas penanganan berkembangnya ideologi kekerasan atas nama agama.
“Sebab saya berkeyakinan bahwa geneologi gerakkan fundamentalisme agama serta metamorphosisnya tidak dikuasai,” ujarnya.
Yang ketiga lanjut Taufan, tidak adanya fungsi koordinasi baik dalam internal kelembagaan intelejen maupun dengan lembaga internasional.
“Saya melihat bahwa negara harus maksimal mencegah ISIS berkembang termasuk keberanian ISIS yang menyatakan secara publik sikap dan tindakannya yang tertuju kepada NKRI,” paparnya.
Namun pria yang juga mantan aktivis 98 ini meyakini kalau perkembangan ISIS di tanah air dapat diakhiri dengan catatan kepala BIN dapat memperkuat demokrasi hingga demokrasi sampai pada tahapan purna.
“Oleh sebab itu dalam demokrasi kekuatan sipil menjadi aktor utama dan kepala BIn baiknya dari kalangan sipil. Dimana mempunyai jaringan kelompok sosial baik didalam maupun diluar serta melakukan pendekatan edukatif dan buka represif,” tandasnya.[]