WARTABUANA – Untuk tingkatkan kecerdasan bangsa, Bung Karno pernah mencanangkan program “Berantas Buta Aksara”. Tapi untuk memberantas kemiskinan sampai sekarang belum ada programnya.
“Maka saya menawarkan program berantas kemiskinan dengan pencanangan ‘Berantas Buta Finansial,” ujar Ketua Umum Berdaya Foundation M.L Wibisono, SH,MH kepada wartabuana.com, Sabtu (17/9/2016).
Berantas buta finansial menurut pengusaha yang biasa disapa Wibi ini adalah merubah cara berpikir kita untuk mensejahterakan rakyat. “Pertanyaannya, negara atau rakyatnya yang harus kaya lebih dulu? Rata-rata pasti jawabannya rakyat harus kaya dulu. Ini pemikiran yang salah. Yang harus kaya seharusnya negara baru bisa menolong rakyatnya biar sejahtera,” ujarnya.
Wibi yang juga Komisaris Utama PT. Antaredja Mulia Jaya memaparkan, solusi ini harus diambil dengan cara hemat anggaran pemerintah, dan merubah mind set pemerintah yang harus menghabiskan anggaran pertahunnya.
“Jadi sistemnya harus dirubah, kita harus memegang prinsip ekonomi, artinya pemasukan negara sebanyak-banyaknya dan pengeluaran anggaran sehemat-hematnya,” paparnya.
Prinsip penyerapan anggaran harus dirubah, karena menurut Wibi, disitulah sumber adanya korupsi. Negara harus melibatkan swasta dalam membuat infrastruktur, dan para pelaksananya harus cerdas membuat kerjasama dengan pihak-pihak swasta, contoh proyek jalan tol.
Proyek jalan tol adalah aset negara, dengan kerjasama dengan swasta maka pemerintah tidak memelihara tol tersebut, selama masa konsesi. Bandingkan dengan jalan jalur pantura yang setiap tahunnya pemerintah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memelihara.
Maka dengan program “berantas buta finansial” ini pemerintah akan hemat anggaran sampai 50% pertahunnya. “Maka kita tidak harus berhutang ke luar negeri untuk biaya rancangan APBN setiap tahunnya,” kata Wibi.
Dengan cara itu Wibi yakin cadangan devisa kita akan surplus bukan defisit. “Kita jangan sungkan-sungkan untuk meniru negara-negara Eropa dan Cina sekarang ini. Cadangan devisa mereka surplus dan mereka bisa menolong rakyatnya untuk sejahtera. Dengan cara subsidi biaya pendidikan, pangan dan papan. Jadi negara yang kaya akan bisa menolong rakyatnya yang miskin tidak sebaliknya,” harapnya. []