JAKARTA, WB – Rasa bosan rupanya dialami Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di tengah padatnya aktivitas menjadi abdi negara.
Bencana kebakaran hutan dan lahan di tanah air suami dari Retno Utami Yulianingsih itu tetap bertahan walaupun bara api masih terus bergerilya. Secara berkala dirinya juga kerap memantau kondisi di lapangan.
“Rasanya juga bosan dengan bencana asap yang berulang tiap tahun kayak gini,” ujarnya sembari tertawa kecil saat dihubungi Wartabuana.com, Jakarta, Minggu (13/9/2015).
Kepungan asap dari kebakaran hutan dan lahan di Jambi dan Sumatera Selatan hingga kini lebih parah dibandingkan di Riau. Bahkan, kualitas udara juga masih level sangat tidak sehat. Dan akibat peristiwa itu Walikota Jambi mengeluarkan maklumat meliburkan sekolah dari PAUD-TK hingga SMA.
Kepada para pewarta pengajar pada Universitas terkemuka di Jakarta tersebut selalu memberikan informasi terkini terkait bencana. Ada bencana lulusan pendidikan di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada pada 1993 ini begitu cepat memberikan pesan berantai (broadcast) untuk disampaikan.
Di samping itu, dirinya tak sungkan menceritakan keluhan kesehatannya saat menjalankan aktivitas bersama BNPB dan jajaran terkait.
“Dukanya saya alergi debu, jadi tiap hari bersin-bersin dan jadi pilek kena asap,” ucap Sutopo.
Lagi-lagi karena dituntut profesional, debu-debu di daerah bencana tak bisa dibendung oleh dirinya. Alhasil dirinya harus meminum obat flu akibat alergi debu yang dideritanya itu.
“Tiap hari harus minum obat pilek dan jadinya ngantuk,” terang dia yang mengutarakan kalau di tempat asap selalu membawa obat yang tiap harinya diminum 3-4 butir.
Sekedar diketahui asap kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan lebih meluas dibandingkan kemarin. Pada Sabtu (12/9) hampir 65 persen wilayah Sumatera tertutup asap.
Bahkan wilayah selatan-barat daya Malaysia tertutup asap. Indeks Standar Pencemaran Udara di Kuala Lumpur 117-146 PSI (tidak sehat), Serawak 126-156 PSI (tidak sehat), sedangkan di Singapura 81-92 PSI (sedang). Jarak pandang di Putrajaya Malaysia sekitar 700 meter. []