JAKARTA, WARTABUANA – Seskab Pramono Anung menganalogikan korupsi itu seperti narkoba, dimana pemakai atau penikmatnya kalau ketahuan akan malu tetapi ketagihan terus. Menurut Seskab, korupsi bisa dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya orang yang kekurangan, karena banyak di antara mereka yang sesungguhnya memiliki harta berlimpah.
“Persoalan integritas itu akan muncul bukan ketika kita tidak punya kesempatan, tetapi saat kita mempunyai kedudukan,” kata Pramono seperti dikutip dari laman Setkab.go.id, Jakarta, Rabu (30/3).
Masih terkait hal tersebut para pejabat pemerintahan sejak awal harus menjauhkan diri dari kemungkinan terjadinya korupsi. Ia menunjuk contoh dirinya, saat 4 (empat) periode menjadi anggota DPR-RI, ia selalu menghindari penempatan di komisi-komisi anggaran, seperti Komisi XI, Komisi III, dan sebagainya. Demikian pula, saat menjadi Pimpinan DPR-RI, Pramono mengaku menolak memimpin bidang anggaran. Sementara saat menjabat Seskab, Pramono yang otomatis menjadi Sekretaris Tim Penilai Akhir (TPA) mengaku menolak bertemu orang-orang yang namanya masuk dalam bursa jabatan.
“Zona Integritas itu penting tetapi yang lebih penting adalah memulai dari diri sendiri, self-cencorship harus ada pada kita semua,” imbuh Pramono.
Seskab berharap pembangunan Zona Integritas mampu menumbuhkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi dan budaya birokrasi yang fokus pada pelayanan publik melalui pembangunan unit kerja percontohan di lingkungan Setkab.
“Dengan karakter kepemimpinan Presiden yang seperti ini, kita harus bisa melayani dengan lebih cepat, kalau tidak akan ketinggalan,” tandas Pramono. []