WARTABUANA – Bagi anda yang hobi selfie, waspadalah. American Psychiatric Association menyatakan bahwa selfie telah dianggap sebagai salah satu bentuk dari penyakit kejiwaan.
APA menyatakan secara resmi selfie sebagai bentuk kelainan jiwa dalam konferensi di Chicago beberapa bulan yang lalu. Kondisi ini dinamakan ‘selfitis’ dan dideskripsikan sebagai penyakit obsessive compulsive seseorang yang terobsesi terhadap dirinya sendiri.
Menurut APA, orang-orang yang termasuk dalam golongan selfitis biasanya memiliki ketidakpercayaan diri dan menggunakan media sosial untuk mengisi kekosongan dalam dirinya.
APA mengklasifikasikan kelainan selfitis ini dalam tiga golongan; pertama yaitu Borderline selfitis, ketika seseorang mengambil foto selfie minimal tiga kali sehari namun tidak memposting-nya ke dalam media sosial.
Kedua, Acute selfitis, di mana seseorang melakukan selfie minimal tiga kali sehari dan selalu memposting foto-fotonya ke dalam media sosial.
Ketiga, Chronic selfitis, di mana seseorang mengambil foto selfie sangat sering, bahkan setiap beberapa menit, karena tidak mampu menahan keinginan selfie. Setelah itu foto-foto selfie dirinya disortir kemudian diunggah terus-terusan lebih dari enam kali sehari.
APA menyatakan hingga saat ini belum ada obat khusus untuk mengatasi selfitis. Apalagi fenomena selfie ini baru populer selama beberapa tahun terakhir.
Walaupun selama ini self portrait sudah eksis sejak puluhan tahun lalu, entah mengapa selfie baru booming beberapa bulan terakhir. Fenomena selfie inilah yang mengakibatkan semakin banyak bermunculan orang-orang penggila selfie.
Danny Bowman adalah salah satu contoh selfitis kronis yang setiap hari hanya menghabiskan waktu untuk selfie. Ketika merasa fotonya tidak bagus, Danny bahkan terdorong untuk mencoba bunuh diri.[]