JAKARTA, WB – PT Cipatujuh Jaya Properti dan Berdaya Foundation menandatangani MoU terkait Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Salah satu programnya adalah pembangunan Rumah Sakit Rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dengan konsep pengobatan cara herbal.
Penandatangan tangan MoU yang dilakukan di kantor Berdaya Foundation di Menara BCA lt.50, Jalan MH Tamrin, Jakarta Pusat itu dihadiri Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Cipatujuh Jaya Properti dan para pengurus pusat Berdaya Foundation.
“PT Cipatujuh Jaya Properti menyadari keberlangsungan bisnis perusahaan tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap pencapaian kinerja perusahaan menuntut agar kami memberikan imbal balik manfaat kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial masyarakat,” ujar Agus Gunawan, Direktur Utama PT Cipatujuh Jaya Properti, usai penandatangan MoU, Rabu (20/10/2016).
Sebagai bentuk kepedulian itu, PT Cipatujuh Jaya Properti berkerjasama dengan Berdaya Foundation akan mendirikan rumah sakit khusus rahabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Rencananya ground breaking akan di lakukan bulan Januari 2017 nanti.
Menurut Lilik Wibisono, Ketua Umum Berdaya Foundation, nantinya rumah sakit tersebut tidak hanya melayani korban penyalagunaan narkoba rujukan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) saja, namun terbuka untuk umum. Masyarakat yang membutuhkan bisa datang langsung untuk mendapatkan layanan rehabilitasi.
“Mungkin masih banyak masyarakat korban narkoba yang selama ini malu untuk melapor dan berobat, kita siapkan rumah sakit ini untuk mereka,” ujar Wibisono.
Rumah sakit yang pengelolaannya akan bekerja sama dengan pakar herbal dari China ini tidak hanya untuk penyembuhan korban narkoba, tapi juga menerima pengidap HIV / AIDS dan kanker. “Di China sudah ditemukan obatnya,” ungkap Wibisono.
Rumah sakit ini merupakan satu-satu ikon di Asia Tenggara yang merupakan rumah sakit herbal untuk penanganan rehabilitasi narkoba, HIV/AIDS dan kanker. “Ini adalah rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang dharapkan bisa menjadi ikon percontohan penyembuhan dengan herbal. Di China baru ada 3 rumah sakit sejenis dan belum dikembangkan kemana-mana” ungkap Wibisono.
Di tempat yang sama, Ali, perwakilan dari China, seorang pengusaha dan praktisi obat herbal menjamin proses rehabilitasi cara herbal sudah terbukti keampuhannya. “Tidak butuh waktu lama, pengalaman saya, cukup dua minggu pasien sudah bisa terbebas dari narkoba,” ujar Ali yang juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran Internasional di rumah sakit ini.
Ali memaparkan, 10 tahun lalu pengobatan jenis ini sudah pernah diujicobakan di rumah sakit polisi di Indonesia. “Jadi kini kita hanya melanjutkannya saja. Kita ingin memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat dengan layanan rehabilitasi ketergantungan narkoba,” jelasnya.
Dari hasil penelitian, baru separuh obat herbal yang dibutuhkan ada di Indonesia. Sisanya masih impor dari China. Rencananya, konsorsium ini juga akan membangun pabrik pembuatan obat herbal di dekat rumah sakit. “Kita juga akan membudidayakan tanaman herbal dari China dan Indonesia agar ketersediaan bahan baku obat herbal tetap terjamin dan berkualitas baik,” kata Ali.
Keberadaan rumah sakit ini diharapkan bisa meminimalisasi korban penyalahgunaan narkoba yang setiap harinya merenggut 50 nyawa. Bahkan pihak rumah sakit tidak hanya fokus untuk mengobati pasien dari kecanduan saja, namun juga diberikan konseling agar bisa hidup normal kembali ditengah masyarakat. []