JAKARTA, WB – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pada tahun 2015 ada Rp 19 trilyun untuk penanggulangan bencana di Indonesia yaitu Rp 15 trilyun yang tersebar di 28 Kementerian/Lembaga dimana Rp 1,68 Trilyun ada di DIPA BNPB sedangkan Rp 13,32 Trilyun ada di DIPA 27 K/L. Rp 4 trilyun Dana Cadangan Penanggulangan Bencana di Kemenkeu, dimana Rp 2,5 trilyun untuk penanganan darurat dan Rp 1,5 trilyun untuk pasca bencana.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers kemarin di Jakarta. “Tantangan terbesar adalah masih minimnya alokasi anggaran untuk penanggulangan bencana di daerah. Rata-rata hanya 0,02-0,07% dari total APBD setiap tahunnya yang dialokasikan untuk penanggulangan bencana di daerah. Perlu komitmen dari Kepala Daerah dan DPRD agar meningkatkan anggaran penanggulangan bencana di daerah,” kata Sutopo.
Dikatakan Sutopo banjir, longsor dan puting beliung mendominasi bencana selama 2015. “Dari 1.582 kejadian bencana menyebabkan 240 orang tewas, 1,18 juta mengungsi, 24.365 unit rumah rusak (4.977 rusak berat, 3.461 rusak sedang, 15.927 rusak ringan), 484 unit fasum rusak. Lebih dari 95% merupakan bencana hidrometeorologi. Puting beliung, longsor dan banjir paling dominan. Longsor adalah jenis bencana paling mematikan 147 orang tewas,” ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam Konferensi Pers di Jakarta, kemarin.
Kendati demikian pada tahun 2015 kejadian bencana mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 sebesar 20 persen. Secara total dampak korban dan kerusakan yang ditimbulkan tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan 2014.
“64% korban meninggal dan hilang disebabkan oleh tanah longsor. 55,7% rumah rusak diakibatkan oleh bencana puting beliung. 59% fasilitas rusak akibat dari bencana banjir,” imbuh Sutopo.
Menurut Sutopo lima provinsi terbanyak kejadian bencana adalah Jawa Tengah (363), Jawa Timur (291), Jawa Barat (209), Sumatera Barat (93) dan Aceh (85).
Dari kejadian gempa bumi di Indonesia Bagian Timur lebih banyak dibandingkan dengan Indonesia bagian Barat. Dengan tingkat kerentanan dan infrastruktur yang masih terbatas dampak gempa akan lebih besar. Perlu mendapat perhatian lebih serius.
“Tiga gempa yang paling banyak merugikan terjadi di Sorong, Alor dan Halmahera Barat yaitu 2.385 rumah rusak berat, 1.902 rusak sedang, dan 5.149 rusak ringan,” tandas Sutopo. []