BEKASI, WB – Sri Supartini (37) harus merelakan kepergian kedua bayi kembarnya beberapa saat setelah dilahirkan. Kedua bayi yang belum sempat diberi nama itu tewas karena tidak mendapat perawatan baik dengan alasan “aturan” dan minimnya pelengkapan medis.
Peristiwa itu berawal ketika Minggu (10/5/2015) Supartini, warga Jalan Hidayah RT05/RW08 Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat akan melahirkan bayi kembar. Karena mendadak mengalami kontraksi, istri dari Asbih, karyawan PT. Arnott`s Indonesia yang merupakan pasien dari peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) mau melahirkan di Rumah Sakit Ananda.
Pihak rumah sakit swasta yang melayani pasien BJPS itu menyarankan proses melahirkan melalui operasi sesar dan perlu Box Inkubator untuk bayi. Masalahnya, kedua bayi kembar yang masih dalam kandungan itu belum termasuk sebagai peserta BPJS, pihak RS. Ananda meminta uang muka sebesar Rp16 Juta agar bisa segera dilakukan tindakan medis.
“Padahal saya sudah bilang sebagai karyawan PT. Arnott`s Indonesia yang posisinya berdekatan dengan RS. Ananda ini,” ujar Asbih, Selasa (12/5/2015).
Sesuai permintaan pihak RS. Ananda, Asbih betrusaha menghubungi HRD (Human Resource Development) PT. Arnott`s Indonesia. Namun karena hari libur, tidak ada HRD yang masuk kantor.
Asbih mengaku sempat minta keringanan cara pembayaran uang muka. Karena tidak ada uang sebanyak Rp 16 juta saat itu juga, Asbih mencoba menego pihak rumah sakit untuk membayar Rp 5 juta dulu. “Saya bayar Rp 5 juta, nanti sorenya saya lunasi,” ungkap Asbih.
Namun pihak rumah aakit tidak segera memberi respon cepat atas tawarannya itu. Sementara istrinya yang dalam keadaan lemas, hanya bisa berbaring di ruang Instalasi Gawat Darurat (IDG), sambil menunggu permohonan suaminya dapat diterima dan segera diberikan pertolongan.
“Istri saya dalam kondisi lemas mau melahirkan, hanya bisa terbaring di ruang IGD, tanpa ada pertolongan sama sekali sebelum ada uang Rp16 Juta itu,” ungkapnya.
Karena tidak ada respon dari pihak RS. Ananda, sementara istri dan kedua jabany bayi dalam kandungan harus segera mendapat pertolongan, akhirnya Asbih memutuskan membawa istrinya ke Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi (RSUD).
Pukul empat sore Asbih membawa istrinya ke RSUD Bekasi dan langsung menjalani proses persalinan secara normal. Namun pihak rumah sakit pemerintah itu mengaku Box Inkubator sudah terpakai semua dan meminta Asbih mencari Box Inkubator ke rumah sakit lain.
Hingga pukul 21.00 WIB, Asbih belum mendapatkan Box Inkubator. Sampai akhirnya dia mendapat kabar bahwa sanak pertamanya telah meninggal. Dalam perasaan duka yang mendalam, keluarga Asbih terus mencari Box Inkubator yang dibutuhkan untuk menyelematkan nyaea satu anaknyua lagi.
Namun hingga dinihari, alat yang dicari itu tidak kunjung didapat dengan semua rumah sakit di Bekasi memiliki Box Inkubator dalam jumlah terbatas dan sedang digunakan. Akhirnya Senin (11/5/2015) pukul tiga diihari satu lagi bayi Asbih meninggal dunia.
Asbih mengaku hanya bisa meratapi nasibnya. Dirinya merasa menyesal tidak memiliki uang sebanyak yang diminta pihak RS. Ananda. “Kalau saya bisa bayar uang muka, mungkin nasib kedua anak saya tidak seperti ini. Mudah-mudahan nantinya pihak rumah sakit mau berbaik hati menolong orang susah seperti saya. Karena menurut saya, fungsi rumah sakit adalah menolong, bukan menyusahkan,” keluh Asbih. []