JAKARTA, WB – Pemerhati Politik dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah (UIN), Pangi Syarwi Chaniago, menjelaskan bahwa, tingginya tensi politik tanah air saat ini dalam peta persaingan calon presiden di Mahkamah Konstitusi (MK), malah makin diperparah oleh ulah lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang dinilainya bersikap kurang netral.
“Posisi KPU seperti partisipan, sehingga menguntungkan salah satu capres. Endingnya jelas kekecewaan. Maka akibat kekecewaan itu akan muncul ketidakpercayaan (dis-trust). Apabila tidak ada lagi kepercayaan maka outputnya kegaduhan politik dan polemik di tengah masyarakat,” ujar Pangi kepada wartabuana.com, Jumat (8/8/2014).
Ketegangan yang berpotensi pada kegaduhan politik itulah, kata Pangi, yang membuat melelehkan dari kualitas jalannya Pemilu demokrasi dinegara ini.
“Ketika publik mulai ragu dengan hasil Pemilu, saya ingin katakan jantung dari demokrasi adalah Pemilu. Pastikan pelaksanaan Pemilu tanpa kecurangan, tidak boleh satu suara pun yang hilang apalagi suara tersebut dicuri dan dimanipulasi secara massif. Suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi, vox dei),” ujarnya.
Pangi juga berargumen bahwa, kepentingan yang amat melekat pada Pemilu adalah nilai keadilan, Pemilu adalah jembatan emas yang maha penting dalam membangun demokrasi substansial.
“Pelaksanaan Pemilu tanpa kecurangan berarti kita sudah merawat demokrasi. Sekarang harapan itu ada pada MK untuk merawat kualitas demokrasi kita dari efek Pilpres yang berjalan abal-abal yang bikin republik jadi amburadul,” komentar Pangi. []