WARTABUANA – Pemulihan ekonomi China dari pandemi COVID-19 memberikan inspirasi dan pengalaman yang layak untuk dipelajari bagi negara-negara lain yang sedang berjuang menghidupkan kembali perekonomian mereka yang terimbas pandemi, kata seorang pakar pada Jumat (26/2).
“Afrika dan negara-negara lain di dunia dapat belajar dari pengalaman China baru-baru ini dalam merevitalisasi perekonomiannya dari berbagai sisi,” ucap Costantinos Bt. Costantinos, profesor bidang kebijakan publik di Universitas Addis Ababa di Ethiopia, dalam sesi wawancara dengan Xinhua.
Meski perekonomiannya mendapat pukulan keras, China masih bisa mencapai peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2,3 persen secara tahunan (year on year). Ini menjadikan China sebagai satu-satunya perekonomian besar yang mengalami pertumbuhan pada 2020. Pada Kamis (25/2), China resmi mendeklarasikan kesuksesan kampanye pengentasan kemiskinannya.
Terinspirasi oleh pencapaian China dalam memberantas kemiskinan absolut, Costantinos mengatakan bahwa “semua negara perlu meningkatkan pendapatan dan mendorong peluang kerja.”
Costantinos, yang juga merupakan mantan penasihat ekonomi bagi Uni Afrika dan Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afrika, menyampaikan bahwa kebijakan antipandemi yang efektif dan bantuan darurat untuk perusahaan-perusahaan telah membantu perekonomian China pulih dengan cepat.
“Angka PDB terbaru China menunjukkan bahwa perekonomian negara itu hampir stabil, bahkan jika ini adalah tingkat pertumbuhan tahunan terendah dalam empat dekade lebih bagi raksasa ekonomi yang menakjubkan tersebut,” paparnya.
Walaupun karantina wilayah (lockdown) ketat bagi warga dan perusahaan membuat ekonomi China mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2020, China segera menghidupkan kembali perekonomiannya dengan meningkatkan investasi dan perdagangan global setelah hampir sepenuhnya mengendalikan pandemi, tutur sang akademisi.
Kesuksesan China mengindikasikan bahwa untuk menghidupkan kembali perekonomian, semua negara perlu mengembangkan lebih banyak industri bernilai tambah serta fokus pada sektor layanan yang lebih kompetitif dan efisien, lanjut Costantinos. [Xinhua]