JAKARTA, WB – Pemerhati politik dari Reform Institute Yudi Latif menilai bahwa, sejauh ini sistem demokrasi yang berlangsung di Indonesia, bukanlah sistem demokrasi sesungguhnya yang perduli kepada rakyat.
Pasalnya, kata demokrasi kerakyatan yang kerap digaung-gaungkan oleh banyak politisi tersebut, justru hanya menghasilkan demokrasi yang ujung-ujungnya hanya mementingkan kelompok dan partai politiknya semata.
“Indonesia itu terlalu sibuk dengan ideologinya. Bahkan Bung karno sendiri selalu terbentur dengan ideologi demokrsi itu. Bahkan dia (bung Karno) meminta kabinet untuk berfokus pada kesejahteraan rakyat saja dan bukan pada partai,” ujar Yudi dalam sebuah diskusi politik `Capres Boneka` di bilangan Menteng, Kamis (8/5/2014).
Gaung mengusung demokrasi kerakyatan yang selalu disuarakan oleh para politisi itu, kata Yudi sampai saat ini hanya sebatas gaungan dari partai politik semata, namun buktinya tidak terlihat sama sekali hingga kini. Bahkan yang ada kesengsaraan yang selalu menimpa rakyat.
“Saya tidak melihat konsep demokrasi tersebut dibawa oleh kepemimpinan yang jelas. Karena semua mengarah pada kepentingan kekuasaan saja,” kata Yudi.
Oleh karena itu, lanjut Yudi, dalam pilpres yang akan segera dihelat sebentar lagi itu, rakyat diminta untuk jeli melihat pemimpin yang benar-benar perduli terhadap kepentingan rakyat.
Dan kata Yudi, wujud kepemimpian yang pro dengan rakyat saat ini, setidaknya terlihat dalam diri Jokowi.
“Jokowi itu perpaduan Soekarno dan Hatta. Dia seorang pemimpin yang punya ideologi marhanisme yang kuat,” tandas Yudi.[]