PRANCIS, WB – Negara Prancis mencekam, setelah enam penembakan berlangsung di Paris dan tiga ledakan terjadi di stadion nasional Stade de France di Saint-Denis. Dalam aksi itu, diperkirakan jumlah korban tewas terus bertambah.
Menurut laporkan BFMTV yang dikutip CNN, ada sekitar 43 orang dilaporkan tewas dalam sebuah serangan penembakan dan ledakan di kota Paris, pada Jumat malam 13 November 2015.
Polisi mengatakan penyerang menggunakan senjata jenis AK-47 otomatis. Sementara itu penyanderaan dilaporkan masih berlangsung.
Sekitar dua atau tiga orang berpakaian hitam dengan senjata AK-47 memasuki tempat teater Bataclan. Mereka terus melepaskan tembakan ke arah polisi. Wajah pelaku terlihat. Mereka tidak menggunakan masker.
Tembakan itu membuat panik orang-orang di dalam gedung teater kecil.
“Saya melihat 20 sampai 25 mayat tergeletak di lantai,” kata Julien Pearce, reporter radio Perancis yang kebetulan berada di dalam teater Bataclan. Ia berhasil lolos dari serangan dan penyanderaan itu.
Beberapa ledakan juga terdengar di dekat stadion Stade de France, di mana pertandingan sepakbola persahabatan antara Perancis dengan Jerman digelar. Pertandingan tersebut dihadiri oleh Presiden Perancis Francois Hollande.
Hollande telah dievakuasi pada babak pertama dari pertandingan sepakbola antar Perancis melawan Jerman.
Hollande, Perdana Menteri Manuel Valls, dan Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve langsung mengadakan pertemuan krisis di Kementerian Dalam Negeri untuk mengatasi serangan penembakan di Paris dan ledakan di Saint-Denis.
“Ini adalah horor. Kita dihadapkan dengan teror. Bangsa ini tahu bagaimana membela diri, bagaimana memobilisasi pasukannya dan sekali lagi, tahu bagaimana mengatasi teroris,” kicau Hollande di akun Twitter-nya.
Serangan dengan motif yang belum jelas itu terjadi kurang dari setahun setelah kelompok radikal menyerang majalah Charlie Hebdo dan toko serba ada Yahudi yang menewaskan 17 orang.
Sejak serangan pada Januari itu, pemerintah Perancis dalam kewaspadaan tingi, apalagi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dikabarkan menjadikan Perancis salah satu target utama.[]