JAKARTA, WB – Setyardi Budiono, Pemimpin Redaksi tabloid Obor Rakyat mengungkapkan beberapa alasan mengenai tabloid buatannya yang disebarkan ke kalangan pesantren.
Menurutnya, di kalangan pesantren, santri-santri dianggap kurang melek terhadap informasi bahkan ada yang buta internet karena penetrasi internet hanya 30% sehingga butuh asupan informasi mengenai sosok calon presiden.
“Penetrasi internet hanya 30 persen berdasarkan data dari APJI (Asosiasi Penyedia Jasa Internet). Banyak pesantren, mereka kelompok masyarakat yang perlu dibantu buka akses informasi,” ujar Setyardi di, Jakarta, Sabtu (14/6/2014).
Setyardi mengungkapkan, tabloid tersebut memang sengaja tidak disebarkan ke kalangan akademisi, misalnya kampus. Karena Setyardi menganggap bahwa para mahasiswa sudah memiliki akses informasi yang cukup, tidak seperti di kalangan pesantren yang minim informasi.
“Kalau saya bagikan ke kampus, mereka sudah tahu bahwa mayoritas caleg PDI-P non-muslim, bus karatan sudah tahu. Jadi useless buat saya,” tukasnya.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, sebuah tabloid atas nama Obor Rakyat beredar di sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Isi itu tabloid berupa hujatan terhadap Jokowi-JK, tanpa menyebut narasumber dan penulis berita. Salah satu isi poinya adalah, Jokowi disebut sebagai warga Tionghoa berketurunan Singapura, ia juga dianggap sebagai Capres boneka.
Dalam tabloid edisi kedua itu, juga mengangkat topik yang sama dengan tujuan menghujat Jokowi-JK dengan topik “1001 Topeng Pencitraan” Kasus ini sudah dilaporkan tim Jokowi-JK ke Badan Pengawas Pemilu. Badan Intelijen Negara (BIN) juga turun mengusut peredaran tabloid ini.[]