JAKARTA, WB – Keputusan Presiden Jokowi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Selasa (18/11/2014) lalu, ternyata berdampak terhadap penurunan tingkat kepercayaan masyarakat kepada Jokowi.
Hal itu terbukti dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia – Denny JA. Dalam penemuan LSI tersebut, setidaknya kepercayaan Jokowi saat ini berada di bawah 50%.
“Belum genap 100 hari bekerja, kepuasaan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi sangat merosot. Hanya sebesar 44.94 % yang merasa puas. Mereka yang tidak puas dengan kepemimpinannya sebesar 43.82 %. Dan sisanya 11.24 % publik menyatakan tidak tahu atau tidak jawab,” kata peneliti LSI, Ade Mulyana di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (21/11/2014).
Menurut Ade, ini merupakan warning bagi pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan para pemilih partai yang partainya tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pun sangat sedikit yang mengaku puas dengan kepemimpinan Jokowi pasca kenaikan harga BBM.
“Rata-rata berkisar antara 46 % sampai dengan 50 % pemilih partai yang tergabung dalam KIH menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi. Pemilih PDIP misalnya hanya sebesar 50,90 % yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi. Sedangkan ada sebesar 41,80 % pemilih PDIP pada Pileg 2014 lalu menyatakan tak puas dengan kinerja Jokowi,” jelasnya.
Tak hanya itu, dampak kenaikan BBM pun pastinya bakal berpengaruh besar terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok dan transportasi. Padahal salah satu harapan besar publik terhadap Presiden Jokowi adalah meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
”Sebesar 74.38 % publik menyatakan bahwa kehidupan mereka sehari-hari makin sulit pasca kenaikan harga BBM. Malah hanya 11,51 % menyatakan bahwa kenaikan harga BBM tidak berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari mereka,” terangnya.
Hal ini, katanya, mengindikasikan bahwa Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca kenaikan harga BBM. Pendukung yang mulai meninggalkan Jokowi ini adalah umumnya para wong cilik yang tinggal di pedesaan.
Seperti diketahui, Jokowi menaikan dua harga BBM bersubsidi yaitu harga premium yang sebelumnya sebesar Rp 6500/liter menjadi Rp 8500/liter, dan harga solar yang sebelumnya sebesar Rp 5500/liter menjadi 7500/liter.
Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 18 – 19 November 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia. []