JAKARTA, WB – Meski menjadi partai yang menempati urutan kedua pada Pemilu Legislatif, 9 April lalu, tak lantas membuat Golkar jauh dari masalah. Salah satu masalah yang saat ini mereka hadapi adalah di mana capres Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) alias Ical malah memberi sinyal turun grade menjadi cawapres jika akhirnya berkoalisi dengan Partai Gerindra.
Seperti diketahui sebelumnya, beberapa waktu lalu, capres Gerindra, Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke rumah Ical. Kemudian Ical menanggapi positif dengan berbalik mengunjungi Prabowo di kediamannya di Hambalang, Bogor.
Dalam pertemuan keduanya, Ical mengaku rela untuk menjadi cawapres bagi mantan Danjen Kopassus tersebut. Tapi semuanya itu belum diputuskan melalui Rapimnas.
Direktur Eksekutif Polcomm Institute, Heri Budianto berpendapat bahwa pilihan Golkar untuk merapat bersama Gerindra merupakan pilihan realistis yang cerdas.
“Pilihan untuk lebih baik menjadi cawapres merupakan pilihan yang rasional,” kata Heri dalam diskusi `Pasca Real Count: Kemana Arah Partai Politik` di Cikini, Jakarta, Minggu (11/5/2014).
Heri mengatakan, Ical sebagai Ketua Umum saat ini seharusnya menjaring aspirasi yang berkembang di Golkar. Tentu saja hal tersebut untuk menaikkan posisi tawaran Golkar dalam berkoalisi dengan Gerindra. Selain itu, Golkar juga perlu mempertimbangkan berbagai hal terkait dengan kriteria cawapres yang akan disodorkan kepada Prabowo.
Menurutnya, Golkar perlu menyodorkan beberapa nama untuk cawapresnya, seperti Jusuf Kalla (JK), Akbar Tanjung, Priyo Budi Santoso, Luhut Binsar Pandjaitan, Agung Laksono, dan Ginanjar Kartasasmita.
Selanjutnya setelah partai berlambang Pohon Beringin tersebut menyodorkan beberapa nama calon, sambung Heri, biarkan Prabowo yang memilih siapa sosok yang tepat untuk dijadikan pasangannya dalam bursa Pilpres 9 Juli mendatang.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PolcoMM sendiri pada 3 April lalu, nama Jusuf Kalla menduduki peringkat teratas untuk mendampingi capres PDIP, sementara nama tokoh muda Priyo Budi Santoso paling cocok disandingkan untuk mendampingi capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
“Prabowo dengan Priyo. Dia (Priyo) kan tokoh muda, tenang, dan dapat saling mengisi dengan Prabowo yang memiliki sikap ketegasan. Saya kira segera saja Golkar melakukan sebuah konsolidasi internal, jangan ditunda-tunda lagi Rapimnasnya,” tutur dosen Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana ini.[]