WARTABUANA – Hanya dalam waktu dua minggu, sudah 108 dokter meninggal dunia akibat terpapar Vovid-19. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat, sudah 545 anggotanya gugur akibat wabah yang sedang mengganas ini.
Menurut Ketua Dewan Penasihat Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Menaldi Rasmin, kematian 108 dokter itu terjadi di rentang waktu tanggal 1-16 Juli 2021.
Jumlah 108 dokter yang meninggal tersebut terbilang terlalu banyak, hanya dalam waktu dua minggu. Dokter merupakan aset utama dalam sistem kesehatan nasional. Bahwa setiap satu dokter yang meninggal, negara kehilangan satu aset utama dalam sistem ketahanan kesehatan nasional.
“Jadi, dalam waktu dua minggu saja, berguguran 108 dokter. Ini terlalu banyak. Buat saya, ini sebuah pukulan yang besar dan betul-betul berat bagi dunia profesi kedokteran,” ungkap Menaldi saat dialog Update Kondisi Dokter dan Strategi Upaya Mitigasi Resiko Mencegah Kolapsnya Fasilitas Kesehatan, Minggu (18/7/2021).
Beban kerja yang terlampau berat terutama dalam menangani pasien COVID-19, menurut Menaldi, berujung pada kematian dokter akibat COVID-19 tinggi.
“Beban pekerjaan ini sudah terlampau berat ditanggung oleh dokter. Karena saya sendiri bekerja di rumah sakit, saya bisa melihat bahwa terlampau banyak orang yang datang ke rumah sakit dan sudah dalam keadaan yang berat-berat,” terangnya.
Menurut Menaldi Rasmin, sSalah satu upaya menekan kematian dokter akibat COVID-19, mengusulkan, wacanakan dokter di puskesmas bebas tugas merawat pasien inap.
“Dari situ, mereka dapat ditetapkan menjadi manajer kesehatan wilayah. Ya, seperti ‘Menteri Kesehatan Wilayah’ yang mengatur mapping dan vaksinasi. Sehingga betul-betul dokternya berfungsi untuk menjaga kondisi kesehatan,” tutupnya.[]