WARTABUANA – ‘Menguak Tabir Cinta Terlarang’ judul artikel kritik film karya wartawan senior Hardo Sukoyo jadi pemenang Lomba Penulis Kritik Film 2019 yang digelar Pusat Pengembangan Perfilman Kemdikbud. Malam penganugerahan itu disiarkan langsung TVRI pada Rabu (4/12/2019).
Tulisan Hardo Sukoyo yang menelisik Film Ave Mariam itu mengungguli empat nominator lain, Isma Savitri (Diponegoro dalam Senyap), Ade Irwansyah (Ada Apa dengan Ahok dan Harun), R.M. Risang Suryo Hapsoro (Film Bumi Manusia yang Mengecewakan, Review Mendalam Tujuh Divisi Prolduksi) dan M Aditya Pratama (Keluarga Cenara 2019: Rasa Duka dan Transformadi yang Menyelimuti).
“Seseorang pada dasarnya dapat menjadi kritikus film, tapi untuk menjadi kritikus yang handal, yang berwibawa dan punya integritas harus memenuhi syarat-syarat tertentu, selain memiliki pengetahuan teknis dan sejarah film, seorang kritikus film juga harus mempunyai kemampuan analisis dan kehandalan menulis bahasa,” ujar Wina Armada Sukardi, satu ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dalam sambutannya membuka acara Malam Penganugerahan Lomba Penulisan Kritik Film, Artikel Film dan Resensi Film 2019 di Studio TVRI, Jl. Gerbang Pemuda No. 8, Gelora, Senayan, Jakarta Pusat itu.
Wina menegaskan, kritikus bukanlah memaki-maki, kritikus juga bukan menjilat. “Kritikus tidak memvonis tapi menyampaikan hakekat film yang sebenarnya,” paparnya.
Lebih jauh Wina memaparkan, jika kritik film sudah menjadi satu budaya maka industri perfilman tidak hanya untung secara ekonomis tapi juga dapat membangun budaya apresiasi terbaik film-film yang baik, sehingga akan terjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan kepentingan ekonomis.
Wina menyambut baik naskah tulisan kritik film yang masuk pada tahun ini menunjukkan perkembangan yang relatif menggembirakan. Hal ini karena Pusbangfilm mengadakan workshop film ke seluruh Indonesia.
Selain Hardo Sukoyo, Dwiki Aprilnaldi dengan artikel ‘Sesudah Angan-angan Nasionalists, Kemudian Apa? Dinyatakan sebagai pemenang penulisan artikel film terbaik, dan Daniel Damanik (‘Film Bali: Beats of Paradise Bukan Film tentang Bali?’) sebagai pemenang lomba resensi film pelajar terbaik.[]