WARTABUANA – Gubernur Negara Bagian Sao Paulo di Brasil, Joao Doria, pada Rabu (3/3) mengumumkan bahwa mulai Sabtu (6/3) sebagian besar toko, bar, dan restoran dilarang beroperasi selama dua pekan seiring dimulainya penerapan jam malam untuk mencegah kolapsnya sistem rumah sakit.
Kebijakan ini akan diterapkan mulai 6 hingga 19 Maret di seluruh Sao Paulo, negara bagian terpadat di Brasil dengan 46 juta penduduk.
“Di Sao Paulo dan Brasil, kami berada di ambang kolaps. Ini membutuhkan tindakan mendesak dan kolektif, dan oleh karena itu kami kembali menjalankan tahap merah dalam rencana darurat kami,” kata Doria dalam konferensi pers.
Kebijakan tersebut dinilai sebagai langkah sebelum memberlakukan karantina wilayah (lockdown) total, meskipun kelas tatap muka belum ditangguhkan bagi mereka yang secara sukarela ingin anak-anak mereka datang ke sekolah.
Di Sao Paulo, mesin ekonomi dan pusat pandemi COVID-19 di Brasil, tingkat okupansi ranjang di unit perawatan intensif melebihi 75 persen. Jumlah rawat inap di negara bagian tersebut juga terus melampaui rekor setiap harinya sejak Februari.
Menurut data terbaru pemerintah negara bagian, hingga Rabu tercatat 2.068.616 kasus terkonfirmasi COVID-19 dan 60.381 kematian di Sao Paulo, di tengah pekan terburuk sepanjang pandemi, dengan 468 kematian dalam tujuh hari.
Di bawah kebijakan ini, hanya bisnis esensial yang diizinkan beroperasi, termasuk industri makanan, supermarket, apotek, dan layanan kesehatan. Selain itu, bar dan restoran hanya diperbolehkan menjual makanan yang dibawa pulang.
Kegiatan rekreasi dan budaya akan ditangguhkan, sementara bioskop, museum, teater, pusat perbelanjaan, pusat kebugaran, klub, taman, dan pantai akan ditutup untuk menghindari keramaian. [Xinhua]