SURABAYA, WB – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berjanji akan mempekerjakan sebanyak 97 warga Dolly yang terdiri dari pekerja seks komersial (PSK), mucikari, serta warga sekitar yang terimbas dari penutupan lokalisasi Dolly, pada Rabu (18/06/2014) malam kemarin.
Pemkot tidak mau hanya menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu tanpa adanya solusi. Maka dari itu, para korban penutupan tempat prostitusi ini akan dipekerjakan sebagai tenaga kontrak, dan akan ditempatkan di sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Surabaya.
“Mereka diberdayakan karena masih dalam usia produktif di bawah 45 tahun,” ujar Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, Kamis (19/06/2014).
Supomo mengatakan, sejumlah SKPD telah siap memberdayakan warga terdampak lokalisasi Dolly, antara lain di Satuan Polisi Pamong Praja, Linmas, Dinas Kesehatan dan beberapa SKPD lainnya.
“Sekaligus mencarikan jalan keluar dan membantu kelangsungan ekonomi bagi mereka yang mengalami dampak akibat alih fungsi lokalisasi,” jelasnya.
Dia menegaskan, kontrak kerja warga terdampak penutupan Dolly dan Jarakakan diperbaharui setahun sekali.
Sebelumnya, pada Rabu (18/06/2014) malam kemarin Pemkot Surabaya secara resmi menutup lokalisasi Dolly. Penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu ditandai dengan deklarasi warga dengan Pemkot di Gedung Islamic Center, Surabaya.
Acara deklarasi warga Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan untuk Alih Fungsi Lokalisasi Dolly dan Alih Profesi Wanita Harapan ini, juga sekaligus penyerahan bantuan secara simbolis dari Kementerian Sosial RI dan Gubernur Jawa Timur.[]