JAKARTA, WB – Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto kini sedang menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai penghalang komunikasi politik antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan para relawan, serta Partai Pengusung dalam Pilpres lalu.
Ketua Umum Forum Kajian Hukum dan Konstitusi, Viktor Santoso Tandiasa menilai, kinerja Andi Wijayanto sudah melampaui batas kerjanya sebagai sekertaris kabinet. Apalagi fungsi sekretaris kabinet yang diembannya berpotensi berbenturan dengan beberapa kementerian jika tidak membangun sebuah berkordinasi yang baik dengen kementerian terkait.
Publik menganggap kalau kerja Andi Wijayanto bukan sekertaris kabinet, melainkan sebagai jru bicara (Jubir) Presiden yang selalu berbicara atau menjelaskan tentang segala hal yang menyangkut masalah Kepresidenan. Padahal, posisi sekretaris kabinet memiliki tugas dan fungsi yang lebih penting bukan sekedar menjalankan fungsi sebagai Jubir Presiden.
”Coba kita lihat statemant yang di keluarkan Andi Wijayanto, salalu permasalahan kepresidenan dan berbenturan lagi dengan statemant Jokowi atau JK, apa memang dia diperintah supporting agentnya untuk mengacaukan bangsa ini?”, kata Viktor heran.
Disamping itu, lanjut dia, Andi Wijayanto juga salalu mendistorsi informasi yang ingin disampaikan oleh Partai pendukung dan relawan kepada Presiden. Hal ini yang membuat banyak pihak mendesak Presiden untuk mengevaluasi kinerja Andi.
”Jadi jangan heran Jika PDIP dan Relawan minta Andi untuk segera dievaluasi oleh Presiden agar roda pemerintahan bisa jalan dengan efektif. Dan pesan-pesan Presiden juga sampai ke rakyat, begitu jugga sebaliknya,” ucap Viktor.
Sementara itu ditempat terpisah, Direktur The Jakarta Institute, Rahmat Sholeh menilai sikap Andi Widjajanto sebagai Sekertaris Kabinet malah “mencla-mencle” dalam memberikan pernyataan.
“Sudah benar dan kami dukung kalau Jokowi mencopot jabatan Andi Wijayanto dari Seskab, kalau dia dibiarkan dalam posisi itu bisa mengancam posisi Jokowi sebagai Presiden,” imbuh Rahmat.
Apalagi, menurutnya, dengan latar belakang Andi yang merupakan dosen scenario and foresight di UI, banyak orang yan bakal menjudge jika dia punya Hidden Agenda tersendiri sehingga suka bekerja dan bicara seenaknya.
“Dia itu dulu hanya dosen scenario and foresight di UI, yang membesarkan dia juga hanya karena bapaknya adalah Theo Syafii dan sempat aktif bergabung dalam Pacivis UI saat membahas UU Intelijen. Saya yakin dia itu mata-mata yang menyusup ke Istana, sebab dia sepertinya operator yang sedang menjalankan kepentingan asing dari dalam pemerintahan,” tuturnya.[]