JAKARTA, WB – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pihaknya mempunyai tugas yang diberikan oleh negara untuk menetapkan awal bulan Rhamadan 1435 Hijriyah dan juga juga satu syawal. Pasalnya mayoritas umat Islam Indonesia membutuhkan kepastian hukum untuk bisa menjalankan ibadah puasa.
Lukman berharap, pada saat sidang Isbat berlangsung semua organisasi Islam mempunyai kesamaan persepsi dalam menetapkan awal bulan Rhamadan atau juga satu syawal sehingga tidak lagi terjadi perbedaan.
“Ya kita harap, nanti ada titik temu mengenai metode penentuan dan penglihatan hilal sebagai tanda awal Ramadan dan Syawal. Sehingga tidak ada lagi perbedaan,” ujar Lukman, Kamis (26/6/2014).
Lukman mengatakan, keputusan Menteri Agama mempunyai sifat resmi dan mengikat agar umat Islam bersatu tidak bercerai berai. Namun, jika organisasi Islam ada yang tidak sepakat dengan keputusan tersebut, Lukam meminta jangan jadikan perbedaan itu sebagai permusuhan.
“Kita berupaya sedapat mungkin agar persamaan itu dicapai. Kalau tidak bisa juga, ya tentu masing-masing dari kita harus berjiwa besar untuk toleran,” terangnya.
Ia menyadari untuk menentukan awal bulan puasa memang tidak mudah, semua negara juga diakui oleh Lukman kerap mengalami permasalahan yang sama dengan Indonesia. Hal itu disebabkan, karena semakin berkembangnya pengetahuan yang mempelajari ilmu Falak atau ilmu astronomi.
Ia menjelaskan, untuk menentukan awal bulan puasa atau satu syawal, ada yang mengunakan metode hisab ada juga yang mengunakan rukyah, ada juga yang mengunakan cara-cara lain sesuai pengetahuan masing-masing. Selain, itu kata Lukman, masyarakat Indonesia mempunyai karakter sosial agama yang mudah terjadi gesekan.
Diketahui, sidang Isbat penentuan awal bulan Ramadhan tahun 1435H/2014M akan dilakukan pada Jumat 27 Juni 2014.[]