WARTABUANA – Beberapa hari setelah insiden penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17, keluarga korban meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memaksa kelompok pemberontak Ukraina agar mengembalikan jenazah korban.
Minggu (20/7), Sekretaris Negara AS John Kerry mengutarakan suatu bentuk penghinaan bahwa selama ini kelompok pemberontak-lah yang memindahkan estimasi 196 jenazah korban dari lokasi kejadian.
“Kejadian ini adalah bentuk penghinaan bagi semua orang. Kami harap Rusia dapat maju untuk menjadi bagian dari solusi, bukan hanya bagian dari masalah saja,” ujar Kerry dalam acara This Week.
Pemerintah Ukraina berkata bahwa kelompok pemberontak memaksa pekerja darurat untuk menyerahkan 196 jenazah yang sudah ditemukan di lokasi. Kelompok pemberontak kemudian meletakkan ratusan mayat korban di dalam gerbong pendingin.
Seluruh keluarga korban berharap pada dunia internasional untuk membantu mereka agar bisa mendapatkan jenazah masing-masing keluarga yang tewas secara tragis dalam insiden tersebut.
Kelompok pemberontak Ukraina yang pro-Rusia, dipercaya mendapat sokongan dana maupun persenjataan militer dari pemerintah Rusia.
Putin dipercaya dapat mengambil langkah jitu untuk memaksa kelompok pemberontak agar segera melepaskan ratusan jenazah dari 298 korban tewas MH17. Namun hingga saat ini belum ada gerakan apapun dari negara diktator tersebut.
Pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda telah memperingatkan konsekuensi baru untuk Moskow dalam pertemuan Persatuan Eropa jika Putin gagal membiarkan tim penyelamat dan investigator untuk mengakses lokasi kecelakaan.
Semakin lama tim investigator tidak bisa memasuki wilayah TKP, kelompok pemberontak semakin leluasa menyingkirkan bukti-bukti hingga mengambil banyak barang-barang hasil hancurnya MH17.[]