WARTABUANA – China telah mengimbau warganya untuk tidak bepergian (stay local) selama perayaan Festival Musim Semi, atau liburan Tahun Baru Imlek, mendatang yang tecermin dari penurunan jumlah penumpang yang signifikan dalam migrasi manusia tahunan terbesar di dunia tersebut.
Pada Selasa (9/2), China Daratan melaporkan nol kasus penularan lokal COVID-19 selama tiga hari berturut-turut. Hal itu dikaitkan dengan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat, serta tidak bepergian selama perayaan festival tersebut akan membantu mempertahankan momentum yang menggembirakan itu.
Sebagai negara terpadat di dunia, praktik China dalam mengendalikan penyebaran COVID-19 dengan mengurangi mobilitas penduduk juga berkontribusi bagi perjuangan antivirus di dunia.
Data resmi menunjukkan bahwa sekitar 1,5 miliar perjalanan penumpang diperkirakan akan terjadi selama 40 hari arus mudik Festival Musim Semi, yang berlangsung hingga 8 Maret, turun lebih dari 20 persen dibandingkan tahun lalu dan anjlok lebih dari 60 persen dari level pada 2019.
Setiap pilihan sulit untuk tidak bepergian selama perayaan Festival Musim Semi menjadi pengorbanan individu, melepaskan kesempatan berharga untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta demi kepentingan bangsa.
Bagi beberapa orang, khususnya ratusan juta pekerja migran di China, liburan Tahun Baru Imlek mungkin menjadi satu-satunya peluang untuk dapat bertemu dengan anak-anak dan orang tua mereka yang mulai menua, sebuah kesempatan yang tentu saja tidak ingin mereka lewatkan. Namun, imbauan pemerintah telah dipahami secara luas, dengan banyak dari mereka memilih untuk tidak bepergian.
China menganggap hak hidup dan kesehatan sebagai hak asasi manusia yang paling mendasar. Dengan mengorbankan reuni keluarga bagi sebagian orang, negara itu berjuang untuk melindungi kehidupan, kesehatan, dan kebebasan banyak orang lainnya.
Rakyat China memiliki jiwa pengabdian dan disiplin diri. Itu sebabnya mereka kini dapat menikmati pemulihan ekonomi dan kebebasan bergerak yang cepat, sebuah keinginan yang belum dapat dicapai di banyak tempat di seluruh dunia.
Bangsa China juga menjunjung tinggi kolektivisme dan patriotisme. Dari “pengorbanan sebuah provinsi demi menyelamatkan dunia dari coronavirus” setahun lalu, seperti yang dimuat Bloomberg dalam tajuk berita utamanya, hingga kampanye “tidak bepergian” yang sedang berlangsung, pengorbanan yang dilakukan oleh individu dan keluarga China demi kepentingan bersama menjadi sebuah tema yang konstan.
Baik sejarah maupun realitas telah menunjukkan bahwa masa depan keluarga berhubungan erat dengan masa depan bangsa. Sebuah bangsa hanya dapat berkembang jika keluarganya berhasil, demikian pula, ketika sebuah bangsa berhasil, maka keluarganya dapat sejahtera.
Tidak bepergian adalah sebuah imbauan, alih-alih mandat, dengan keputusan akhir berada di tangan para individu terkait. Namun, hal ini menjadi ujian bagi efektivitas pemerintah karena berupaya mencapai keseimbangan yang rumit antara memastikan keselamatan secara keseluruhan dan memfasilitasi reuni keluarga.
Untuk meringankan kerinduan warga terhadap kampung halaman, pemerintah setempat telah meluncurkan berbagai kebijakan dalam membantu mereka yang memilih tidak bepergian, dan selain itu, memastikan bahwa langkah antiepidemi bagi mereka yang memilih pulang ke kampung halaman tidak diterapkan secara berlebihan. [Xinhua]