JAKARTA, WB – Jelang pencoblosan Pilpres, hampir semua lembaga survei berusaha menggiring opini pemilih dengan hasil survei-nya. Masyarakat diminta berhati-hati dalam menyikapi maraknya lembaga survei yang bermunculan belakangan ini.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo. Menurutnya, maraknya lembaga survei, patut menjadi kehati-hatian di masyarakat dalam membaca hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden.
“Saat ini banyak lembaga survei abal-abal yang memanipulasi data hanya untuk mempengaruhi opini publik terhadap kandidat tertentu,” beber Karyono melalui pesan singkatnya, Senin (7/7/2014).
Maraknya beredar lembaga survei saat ini menurutnya, biasa disebut dengan Bandwagon effect.
“Inilah yang biasa disebut dengan bandwagon effect, atau yang biasa dipahami sejumlah lembaga survei ingin memainkan efek ikutan dari publikasi hasil survei yang memenangkan kandidat tertentu,” ujarnya.
Dia menambahkan, memang tidak semua lembaga survei mau memanipulasi data untuk menggiring opini publik. Namun sejauh pantauannya saat ini ada sejumlah hasil survei yang datanya seperti abal-abal alias rekayasa data, dimana hasilnya cuma sebagai bentuk mempengaruhi opini publik.
“Untuk membaca hasil survei yang lebih bisa dipercaya. Pertama, perlu dilihat kredibilitas lembaga survei. Kedua, track record atau rekam jejak lembaga survei tersebut, misalnya dengan melihat hasil-hasil survei lembaga tersebut, apakah hasilnya presisif atau tidak dengan hasil akhir,” ujarnya kembali.
Hal lain yang juga harus diperhatikan dari lembaga survei lanjut Karyono adalah prediksinya tepat atau banyak meleset terkait hasil survei sebelumnya seperti prediksi survei Pilkada, Pileg, dan Pilpres.
“Publik harus mencermati dengan saksama metodologi dan validitas datanya. Memang tidak semua lembaga survei yang kredibel itu bisa steril dari kepentingan politik,” tandasnya. []