JAKARTA, WB – Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertahanan tengah mematangkan rencana pengadaan 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 lewat skema imbal dagang (counter trade).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita sudah bertemu Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu membahas masalah barter pesawat tempur Sukhoi akan dibarter komoditas perkebunan seperti kopi, minyak sawit, kakao, karet, dan teh.
Dan belakangan akan ditbarter pula dengan produk alas kaki, ikan olahan, furnitur, plastik, resin, kertas, hingga rempah-rempah dan produk industri pertahanan.
“Kerupuk juga akan masuk dalam daftar produk yang bakal dibarter dengan pesawat tempur Sukhoi, ” kata Enggartiasto baru-baru ini.
Dikatakan Enggartiasto, saat ini jajarannya masih membuat list prosesnya, dan mengenai pertemuannya lagi, Enggar menyebutkan, pemerintah akan segera mengirimkan daftar produk yang siap dibarter. Saat ini, pemerintah memberikan kesempatan kepada Rusia untuk dibahas secara internal.
“Banyak sekali, ada furnitur, karet, teh, kemudian produk-produk makanan,” katanya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga menyiapkan alat-alat pertahanan buatan BUMN, dari PT Pindad (Persero) dan PT Dirgantara Indonesia. Sebagai informasi, Sebanyak 11 pesawat Sukhoi senilai US$ 1,14 miliar sekitar Rp 15,16 triliun dengan kurs Rp 13.300/US$, akan dibarter dengan komoditas dari Indonesia.
Dalam regulasi itu, setiap pengadaan harus memenuhi minimal 85% kandungan lokal (ofset). Sementara dalam pembelian Sukhoi Su-35, Rusia hanya memenuhi ofset 35% dari kewajiban 85%, sehingga pembelian pesawat tempur tersebut harus dibarengi dengan imbal beli sebanyak 50% dari nilai kontrak sebesar US$ 1,14 miliar itu.[]