WARTABUANA – Belanja luar negeri Selandia Baru pada kuartal September 2020 anjlok hampir 1,7 miliar dolar Selandia Baru (1 dolar Selandia Baru = Rp10.013) atau 84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, seiring sektor perjalanan bergerak sangat lambat akibat COVID-19. Hal tersebut disampaikan oleh lembaga data Selandia Baru, Stats NZ.
Belanja yang dilakukan pelancong dan pelajar Selandia Baru saat berada di luar negeri tercatat di angka 324 juta dolar Selandia Baru pada kuartal September 2020, dibanding hampir 2 miliar dolar Selandia Baru pada periode yang sama tahun lalu. Belanja yang dimaksud mencakup pengeluaran untuk berbagai hal, seperti hotel, makanan, biaya pendidikan, dan sewa (impor layanan perjalanan), tetapi tidak termasuk tiket penerbangan internasional (yang tergolong sebagai layanan transportasi).
“Warga Selandia Baru biasanya lebih banyak bepergian ke luar negeri pada periode ini, untuk menghindari musim dingin. Namun, tahun ini angka yang tercatat jauh lebih rendah dibanding biasanya,” papar Peter Dolan, manajer senior bidang statistik internasional.
“Ini terjadi seiring warga Selandia Baru menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, membeli barang seperti furnitur dan perangkat keras.”
Sementara itu, pemasukan Selandia Baru di sektor pariwisata juga turun selama epidemi COVID-19. Restriksi di perbatasan berdampak negatif terhadap jumlah kedatangan pengunjung internasional, yang mencatat rekor penurunan sebanyak 1,4 juta mulai April hingga September 2020. Angka kedatangan wisatawan mancanegara turun 253.200 menjadi 8.600 pada September 2020, dibanding jumlah yang tercatat pada September 2019. Perubahan terbesar terlihat pada jumlah kedatangan dari Australia (turun 128.500) dan China (turun 27.300).
Untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2019, sektor pariwisata menghasilkan 16,2 miliar dolar Selandia Baru, atau 5,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Nilai tambah tak langsung dari industri-industri pendukung pariwisata menghasilkan tambahan 11,2 miliar dolar Selandia Baru, atau 4 persen dari PDB.
Dalam enam bulan pertama tahun ini, perekonomian Selandia Baru turun 13,4 persen akibat penerapan karantina wilayah (lockdown) yang ketat. [xinhua]