JAKARTA, WB – Eksploitas seksual secara blak-blakan di media bisa disebut jadi salah satu faktor berkembanganya pergaulan bebas di kalangan remaja. Hasilnya, tak sedikit remaja putri belasan tahun banyak yang sudah hamil di luar nikah, tanpa ada pertanggungjawaban dari si laki-lakinya.
Malu karena aib, para orangtua memilih untuk memasukkan anak-anak mereka ke pesantren sampai melahirkan.
Hal inilah yang sangat disayangkan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, fenomena itu sebagai degradasi moral atau akhlak yang membahayakan bagi generasi di masa mendatang.
Menteri mencontohkan sebuah Pesantren Milenium di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menampung lebih 250 anak yang tak diketahui ayahnya. Jumlah itu semakin banyak karena tak ada kontrol dari keluarga masing-masing.
“Aman menurut TNI, tidak ada teror. Aman menurut Polisi, tidak ada begal. Tapi buat majelis ormas, masyarakat, yang membuat tidak aman adalah persoalan krisi akhlak yang semakin merajalela,” katanya.
Oleh karena itu, Khofifah mendesak agara seluruh unsur masyarakat bergerak untuk mencegah perkembangan fenomena tersebut. Ia mengatakan, walau negara akan menaggung semua hak anak negara, namun pemerintah pastinya tidak akan mampu mengurus semua, apalagi jumlahnya terus bertambah.
Menurut Menteri, Pemerintah hanya mampu membantu atau menanggung hak hidup 150 ribu anak per tahun. Selebihnya, dia meminta partisipasi masyarakat sebagai bagian dari tanggung jawab sosial karena kini ada sekitar 1,1 juta anak yang yang lahir tanpa ayah dan/atau ibu. []