WARTABUANA – Mengkonsumsi nasi bagi masyarakat Indonesia merupakan sesuatu yang wajib. Jika tidak makan nasi, maka dianggap belum makan. Karena nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia.
Tapi ternyata, makan nasi terlalu banyak bisa berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. Meski perannya sebagai makanan pokok, makan nasi bisa meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan gangguan kesehatan lainnya. Kandungan karbohidrat dalam nasi memang lebih banyak dibandingkan dengan gandum, jagung dan sejenisnya. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi lebih bertenaga setelah mengkonsumsi nasi.
Namun, karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat sederhana. Jadi, tenaga yang didapat setelah mengkonsumsi nasi tidak akan bertahan lama dan dapat menyebabkan tubuh lemah kembali. Karbohidrat yang dimasukan ke dalam tubuh akan dibakar dan menjadi energi. Mengkonsumsi nasi yang banyak tidaklah masalah jika diiringi dengan aktivitas yang juga banyak.
Namun, jika aktivitas minim karbohidrat yang tersisa dan tak terbakar oleh tubuh justru akan membahayakan kesehatan. Dimana akan memicu Obesitas. Konsumsi karbohidrat dan aktivitas tubuh yang tak seimbang akan menyebabkan sisa-sia karbohidrat menumpuk dalam tubuh. Efeknya, tubuh menjadi gemuk dan memicu penyakit jantung, hipertensi hingga kanker.
Karbohidrat merupakan zat gula, hal ini dibuktikan setelah kita mengkonsumsi nasi, rasa ngantuk akan muncul. Rasa kantuk berasal dari kadar gula darah yang meningkat dalam tubuh. Nasi sangat cepat menaikkan kandungan zat gula dalam darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Dibandingkan dengan magnesium (pencegah diabetes), kandungan zat gula dalam nasi jelas lebih tinggi. Jika diabetes melitus sudah menggerogoti tubuh, organ lain pun akan terkena imbasnya seperti jantung, ginjal dan
saluran pencernaan.[]