WARTABUANA – Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds mengungkapkan rasa “frustrasinya” terhadap perusahaan Prancis yang dipilih untuk membangun armada kapal selam baru negara itu.
Naval Group, yang dulu dikenal dengan nama DCNS, pada 2016 lalu mendapat kontrak untuk membangun satu armada kapal selam yang terdiri dari 12 kapal selam serbu baru dengan biaya sekitar 50 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp11.181), yang kemudian membengkak menjadi sekitar 90 miliar dolar Australia.
Naval Group berjanji bahwa 60 persen dari nilai kontrak akan dibelanjakan pada pemasok Australia. Namun, perusahaan tersebut belum membuat komitmen tentang nilainya dalam kesepakatan formal dengan pemerintah, sehingga memicu kekhawatiran, menurut laporan The Australian Broadcasting Corporation pada Rabu (24/2).
Reynolds dijadwalkan bertemu dengan kepala eksekutif global Naval Group, Pierre Eric Pommellet, pada Rabu setelah Pommellet menyelesaikan karantina selama dua pekan. Akan tetapi pada Rabu pagi menteri pertahanan Australia itu mengumumkan dirinya mengambil cuti kesehatan atas saran dari ahli jantungnya.
Sebelum mengambil cuti, Reynolds memberi tahu Parlemen bahwa dia frustrasi akan lambatnya kemajuan negosiasi dengan perusahaan Prancis tersebut.
“Saya frustrasi dan saya sangat kecewa karena Naval Group belum dapat menuntaskan kontrak ini dengan Kementerian Pertahanan, tetapi itu tidak akan dilakukan dengan mengorbankan lapangan kerja Australia, dan industri Australia,” kata Reynolds pada Selasa (23/2).
Meskipun tensi negosiasinya tinggi, Kementerian Pertahanan Australia dan Naval Group menegaskan proyek itu tetap berjalan di jalurnya. [Xinhua]