WARTABUANA – Amerika Serikat (AS) pada Jumat (19/2) resmi bergabung kembali dengan Perjanjian Paris 2015 tentang Perubahan Iklim, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
“AS resmi menjadi anggota lagi hari ini,” ujar Blinken dalam sebuah pernyataan, seraya menyebut Perjanjian Paris sebagai “kerangka kerja yang belum pernah ada sebelumnya bagi upaya global.”
“Perubahan iklim dan diplomasi ilmu pengetahuan tidak bisa lagi sekadar menjadi ‘tambahan’ dalam diskusi kebijakan luar negeri kita,” katanya. “Mengatasi ancaman nyata dari perubahan iklim dan mendengarkan para ilmuwan kita adalah inti dari prioritas kebijakan dalam dan luar negeri kita.”
Blinken mengatakan AS akan kembali terlibat dengan dunia dalam isu perubahan iklim.
Menyebut kekhawatiran tentang ancaman pakta itu terhadap perekonomian AS, mantan presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan negaranya dari perjanjian global itu tak lama setelah dirinya menjabat pada 2017 lalu.
Pada hari pertamanya usai dilantik, Joe Biden membatalkan kebijakan pendahulunya itu dengan menandatangani sebuah perintah eksekutif yang memasukkan kembali AS ke dalam Perjanjian Paris. Dia juga mengumumkan rencana untuk mengadakan konferensi tingkat tinggi mengenai isu iklim pada Hari Bumi yang jatuh pada 22 April mendatang.
Biden menunjuk mantan menteri luar negeri John Kerry sebagai utusan khusus untuk iklim, yang menunjukkan pentingnya isu ini dalam kebijakan luar negerinya.
Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim, yang disepakati oleh hampir semua negara di dunia pada 2015 setelah negosiasi panjang, bertujuan untuk mengatasi isu perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan menetapkan target global untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata tidak melebihi 2 derajat Celsius di atas level praindustrial. [Xinhua]