WARTABUANA – Sebanyak hampir 1.000 kasus infeksi varian coronavirus telah dilaporkan di 44 negara bagian di Amerika Serikat (AS), menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Sebagian besar dari kasus-kasus tersebut, atau 981 di antaranya, disebabkan oleh varian coronavirus yang dikenal dengan B.1.1.7, yang awalnya terdeteksi di Inggris.
Ada 13 kasus galur (strain) baru yang awalnya ditemukan di Afrika Selatan, yang disebut B.1.351, dan tiga kasus strain P.1 yang pertama kali ditemukan di Brasil.
Ketiga varian coronavirus tersebut merupakan varian paling dominan yang saat ini menyebar di AS, menurut CDC.
Berbagai varian SARS-CoV-2 telah muncul selama beberapa bulan terakhir, menarik perhatian para pakar kesehatan dan sains di seluruh dunia.
Varian B.1.1.7 dan B.1.351 membuat cemas para ilmuwan karena data yang muncul menunjukkan bahwa penularannya meningkat, menurut sebuah artikel yang dirilis di Journal of American Medical Association (JAMA) pada Jumat (12/2).
Varian-varian virus dapat membawa beberapa mutasi yang berbeda, tetapi perubahan pada protein lonjakan (spike protein) virus, yang digunakan untuk memasuki sel dan menginfeksinya, sangatlah mengkhawatirkan. Perubahan pada protein ini dapat menyebabkan vaksin menjadi kurang efektif terhadap varian virus tertentu, menurut penelitian yang ditulis oleh Anthony Fauci, pakar penyakit menular top di AS, beserta peneliti lainnya.
Para penulis itu mencatat bahwa varian B.1.351 mungkin sebagian atau seluruhnya bersifat resisten terhadap antibodi monoklonal SARS-CoV-2 tertentu yang saat ini diizinkan penggunaannya sebagai terapi di AS.
CAL.20C, varian baru SARS-CoV-2, terdeteksi di California selatan di tengah lonjakan kasus penularan lokal dan kini menyebar ke seluruh AS, menurut surat penelitian lain yang dirilis di JAMA.
Pada 22 Januari, varian tersebut telah merebak hingga menyumbang 35 persen dari semua strain coronavirus di California dan 44 persen dari semua sampel di bagian selatan negara bagian itu. Varian CAL.20C juga terdeteksi di 26 negara bagian di AS dan negara-negara lainnya, menurut sebuah studi oleh tim peneliti di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles.
Sebagian besar kasus varian coronavirus di AS disebabkan oleh varian yang awalnya terdeteksi di Inggris. Sementara itu, varian SARS-CoV-2 baru, CAL.20C, terdeteksi di California selatan dan kini menyebar ke penjuru AS.
Pengidentifikasian semua varian baru tersebut, termasuk strain baru yang muncul di California, membutuhkan evaluasi yang sistematis, menurut para peneliti. Munculnya varian-varian itu menjadi pengingat bahwa selama SARS-CoV-2 terus merebak, virus tersebut berpotensi dapat berkembang menjadi varian baru.
Perjuangan melawan SARS-CoV-2 dan COVID-19 akan membutuhkan pengawasan, pelacakan, dan pendistribusian vaksin yang kuat di seluruh dunia, papar studi itu.
Para peneliti juga menekankan perlunya vaksin pan-coronavirus. Begitu peneliti mengetahui lebih banyak tentang bagaimana virus itu berubah saat menyebar, pengembangan vaksin yang dapat melindungi dari sebagian besar atau semua varian virus tersebut pun dapat dimungkinkan.
AS telah melaporkan lebih dari 27,5 juta infeksi dengan 481.600 lebih kematian akibat COVID-19 hingga Sabtu (13/2) sore waktu setempat, menurut perhitungan waktu nyata (real time) oleh Universitas Johns Hopkins. [Xinhua]