JAKARTA, WB – Tim Sukses pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla bidang kebebasan beragama, Musdah Mulia, berpandangan bahwa, konflik kekerasan dibidang agama di Indonesia kerap terjadi lantaran kegagalan pemerintah didalam membangun kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Disisi lain aparat keamanan yang seharusnya dinilai mampu untuk bertindak sebagai penengah berbagai konflik, namun sebaliknya bertindak sebagai pelaku kekerasan.
“Dari berbagai adanya pembiaran pemerintah itu, justru yang mengejutkan adalah aparat kepolisian ternyata menjadi pelaku terbanyak tindak intoleransi,” ujar Musdah dalam diskusi “Bincang Visi Misi Capres Kebebasan Beragama dan Kelompok Minoritas Indonesia,” dibilangan Menteng, Rabu (18/6/2014).
Berbagai tindak kekerasan yang terjadi itu, Musdah justru menyindir atas tidak adanya sikap dari para pemuka-pemuka agama yang dinilai tidak banyak bersikap atas banyaknya kejadian tindak-tindak kekerasan (intoleransi) diberbagai daerah.
“Dari catatan lembaga Survey LSI ada kenaikan tingkat kekerasan dalam jangka waktu 7 tahun mencapai 6,9 persen itu soal beda agama. Lalu soal syiah 15,1 persen,” ujarnya.
Lebih jauh Musdah menjelaskan, kedepan pemerintah harus memberikan penanganan-penanganan terhadap konflik, disisi lain pemerintah juga harus melakukan tindakan tegas terhadap ruang-ruang yang memberikan informasi terkait kebencian-kebencian.
“Ungkapan-ungkapan di sosial media terus terjadi, mereka memborbardir, jadi mulai sekarang kita harus berbicara. Kita harus bisa mengubah sikap kebencian pada sesama, sikap memandang hina ke orang lain dan sikap memusuhi orang atau kelompok lain,” pungkasnya. []