JAKARTA, WB – Sering kali disekeliling kita melihat kejadian orang yang mengambil barang milik orang lain atau dikenal dengan istilah kleptomania. “Penyakit” ini rupanya banyak dialami wanita dibanding pria. Lalu apa saja penyebab klepto bisa terjadi pada seseorang. Berikut informasi yang berhasil dihimpun Wartabuana.com.
Kleptomania disebabkan gangguan jiwa, sedangkan pengutil disebabkan kebiasaan buruk. Tapi kleptomania beda dengan mengutil, bukan saja dari pencetusnya tapi juga dari kadar barang-barang yang diambilnya. Kleptomania bukan penyakit turunan dan banyak ditemui pada wanita. Kemungkinannya penyebab gangguan ini karena pola asuh yang salah waktu kecil, atau juga karena kejadian-kejadian tertentu yang pernah dialaminya. Namun Sampai hari ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.
Barang yang diambil pun sering dianggap tidak berharga sama sekali jika di lihat dari sisi nominal (gula, permen, sisir dll), namun keinginan untuk mencuriitu begitu sangat kuat mereka padahal mereka sadar jika mereka bisa membelinya dengan mudah, kecenderungan inilah yang di sebut Kleptomania.
Kleptomania termasuk gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, penderita tidak sanggup mencegahnya. Pencurian tidak direncanakan, tapi merupakan tindakan atas dorongan sesaat saja. Penderita butuh dorongan teman/tim pendukung dan mesti meminta pertolongan Tuhan serta hidup dekat dengan Tuhan.
Sementara Kleptomania masuk dalam kategori gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, maka tidak ada kesanggupan pada penderitanya untuk mencegahnya. Penderita kleptomania tidak merencanakan pencurian, ia bertindak atas dorongan sesaat saja. Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan karena kegunaan atau nilai yang terkandung pada benda curian. Biasanya barang curian itu diberikan kepada orang lain atau dibuang dan hanya dalam kasus tertentu, barang itu disimpan. Sesaat sebelum melakukan pencurian, si individu merasakan ketegangan dan keresahan, sesudah pencurian, ia akan merasa lega dan puas.
Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan sebagai ungkapan kemarahan dan balas dendam kepada pihak tertentu.
Sang penderita menyadari bahwa perbuatannya salah dan acap kali merasa tertekan dan sedih namun ia tidak bisa menguasai dirinya tatkala hasrat itu muncul.
Yang menjadi terpenting si klepto membutuhkan dorongan teman dan perlu membentuk tim pendukung kepada merekalah ia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Misalkan, sebelum ia pergi mengunjungi toko, ia harus menghubungi seorang teman dan memintanya mengecek setelah ia keluar dari toko.
Peran keluarga dan orang-orang terdekat lainnya tentu sangat besar. Namun, soal kesembuhan, sangat tergantung dari ketegangan yang dia lakukan, bisa keluar atau tidak dari situasi tersebut. []