WARTABUANA – Setelah tidak ada partai yang “meminang”nya Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memutuskan untuk memilih jalur independent dalam kontestasi Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang.
Ahok bertaruh besar dalam pemilihan gubernur DKI tahun depan. Keputusan Ahok menjadi pertaruhan besar karena hingga kini keputusan PDI Perjuangan masih abu-abu. Ditambah lagi, relawan “Teman Ahok” hanya memiliki waktu sedikitnya 4 bulan untuk mengumpulkan 1 juta KTP untuk Ahok.
“Saya mengerti ini risiko bisa-bisa kalian (Teman Ahok) kalau tak terkumpul artinya saya tidak bisa nyalon lagi. Saya selesai di Oktober 2017,” kata Ahok di Balaikota DKI, Jakarta Pusat, Senin (7/3/2016).
Tak hanya Ahok, Heru pun harus mempertaruhkan jabatan sebagai Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Di bulan Juli-waktu pendaftaran independen- Heru harus siap meninggalkan jabatannya.
“Tapi kalau sampai Juli belum bisa kumpulin, Heru juga harus berhenti kan Juni paling tidak. Kalau sampai Juni enggak signifikan ya mohon maaf Heru tak bisa berhenti,” ungkap dia.
Sekali lagi, Ahok menekankan dirinya maju dari jalur independen semata-mata tak ingin membuat warga pendukungnya kecewa. Dia pun meminta Teman Ahok benar benar bekerja dalam mengumpulkan KTP ini.
“Saya pertaruhkan ini semua tapi kalian juga kerja bener. Karena kalau kalian mau ngomong soal kepercayaan, mau ngomong soal idealisme. Saya juga berani pertaruhkan jabatan saya,” tandas Ahok.
Selain itu, ia menegaskan bahwa telah menjatuhkan pilihan mengikuti keinginan Teman Ahok ketimbang partai politik (parpol). Ini artinya Ahok telah bulat untuk maju dari jalur independen dalam. “Sekarang saya putuskan untuk ikut Teman Ahok,” kata Ahok.
Dengan memilih Teman Ahok, berarti menutup kemungkinan dirinya untuk dipinang partai lain. Ahok mengaku mengambil resiko dalam hal ini. Sebab sebelumnya, Ahok masih berunding dengan PDIP soal dukungan PDIP di Pilgub DKI.
Ahok menjelaskan PDIP pada dasarnya sudah memberi restu Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mendampinginya di pilgub DKI. Namun, sebagai partai pemenang pemilu, PDIP punya gengsi tersendiri. PDIP berhak mencalonkan gubernur tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
“PDIP maunya mengusung bukan mendukung. Jadi bukan saya desak partai loh, ini anak-anak Teman Ahok yang desak `Kami butuh cepat pak`,” ucap Ahok.
Karena itu, dirinya semakin yakin untuk maju independen seiring dengan sikap PDIP yang masih bungkam. Hingga kini PDIP belum memberi dukungan resmi terkait pencalonan Djarot. Padahal,Teman Ahok butuh waktu untuk mengisi kembali kolom wakil gubernur di 770 ribu formulir independen.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat dengan tegas menolak keluar dari PDI Perjuangan. Secara terang-terangan dia memastikan tidak akan meninggalkan PDIP demi menuju DKI 1 bersama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Saya sudah sampaikan kepada pak Gubernur bahwa itu tidak mungkin,” kata Djarot di Balaikota DKI, Jakarta Pusat, Senin (7/3/2016).
Djarot menjelaskan selama ini karir politiknya sudah didukung penuh oleh PDI P. Kalaupun memang harus kembali maju di pemilihan gubernur DKI 2017, Djarot menegaskan bakal maju dari parpol.
“Saya sebagai wali kota Blitar dari partai. Jadi wagub juga rekomendasi partai. Kalaupun pak gubernur mau tarik saya harus dari partai,” ungkap dia.
Kendati demikian Djarot mengaku tak masalah jika Teman Ahok mengusulma Ahok menggandeng PNS untuk melenggang dalam pilgub DKI 2017. Hal tersebut merupakan keputusan pribadi Ahok dan tidak dapat diganggu gugat.
“Terserah itu monggo. Itu kan pemikiran Teman Ahok, temennya pak Ahok dan bukan temennya Djarot,” tandas dia. []