WARTABUANA – Afrika Selatan akan memvaksinasi tenaga kesehatan dengan vaksin Johnson & Johnson, yang diperkirakan akan tiba di negara itu pekan depan, demikian disampaikan menteri kesehatan Afrika Selatan pada Rabu (10/2).
“Dengan mempertimbangkan hasil studi kemanjuran, Departemen Kesehatan akan melanjutkan vaksinasi tahap satu yang direncanakan menggunakan vaksin Johnson & Johnson, bukan vaksin AstraZeneca,” ujar Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize dalam konferensi pers.
Hal itu diumumkan setelah vaksin AstraZeneca terbukti kurang efektif dalam melawan varian baru coronavirus yang teridentifikasi di Afrika Selatan akhir tahun lalu.
“Vaksin Johnson & Johnson terbukti efektif dalam melawan varian 501Y.V2, dan proses persetujuan yang diperlukan untuk penggunaan (vaksin itu) di Afrika Selatan sedang berlangsung,” ujar sang menteri.
Uji coba terbaru menunjukkan bahwa varian tersebut secara efektif mengurangi efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap infeksi ringan hingga sedang.
Vaksin Johnson & Johnson akan diluncurkan bersama sebuah studi implementasi, yang akan dilakukan dalam kemitraan dengan Dewan Penelitian Medis dan lokasi-lokasi vaksinasi Departemen Kesehatan Nasional Afrika Selatan di seluruh penjuru negara tersebut.
“Vaksin pertama dari Johnson & Johnson ini gratis, karena akan menjadi bagian dari studi implementasi,” kata Mkhize.
Lebih lanjut, menteri kesehatan itu mengatakan Afrika Selatan juga tengah berdiskusi dengan produsen obat di China dan Rusia mengenai vaksin COVID-19.
“Kami sedang dalam tahap lanjutan untuk mengevaluasi dan melibatkan produsen kandidat (vaksin) Sputnik-V. Komunikasi dengan Sinopharm juga berlanjut dengan tawaran dari China yang saat ini sedang dipertimbangkan,” ujar Mkhize. [Xinhua]