WARTABUANA – Sejak awal, misi Vision of Peace Award hadir untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di kalangan generasi muda. Tahun ini acara tersebut digelar sekaligus memperingati Hari Toleransi Sedunia. Ada 625 peserta dari Jabodetabek dengan karya film, fotografi, puisi, cerita pendek, lagu, dance dan stand up comedy dilombakan.
Acara pemberian penghargaan kepada 25 finalis digelar di Kantor Pusat PP Muhammadiyah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018) sekaligus merayakan ulang tahun Muhammadiyah yang ke -106 dan portal berita menara62.com yang ke- 2.
“Mengkampanyekan perdamaian melalui seni adalah gagasan yang sudah kami lakukan sejak 8 tahun lalu dengan sasaran lebih kepada anak-anak,” ujar Demian Demantra, founder Visions of Peace Awards saat press conference sebelum pemberian penghargaan dimulai.
Banyak cara bisa dilakukan untuk mengkampanyekan perdamaian dunia, salah satunya dengan cara-cara lembut seperti seni.
Ajang penghargaan perdamaian itu didukung International Film Festival Group. Kegiatan bertema pendidikan tersebut digelar sebagai rangkaian milad Muhammadiyah ke-106 dan Menara62.com ke-
Demian memaparkan, banyak cara bisa dilakukan untuk mengkampanyekan perdamaian dunia, salah satunya dengan cara-cara lembut seperti seni. “Para peserta kompetisi yang merupakan anak-anak diajak menjabarkan makna dari perdamaian itu sendiri dari sudut pandangnya masing-masing,” ujarnya.
Faktanya, anak mengenal perdamaian dan mengimplementasikan dalam kehidupannya dengan cara yang lebih baik dibanding orang-orang dewasa. “Perdamaian itu indah, karenanya harus dikenalkan sejak usia dini dengan cara yang lembut dan kami memilih seni sebagai medianya,” katanya.
Dikesempatan yang sama, Ketua Majelis Adat Budaya Keraton Nusantara (Madukara) Sri Anglung Prabu Punta Djajanagara Cakrabuana mengatakan perdamaian saat ini berbeda dengan zaman perang dulu yang nampak jelas dengan mengangkat senjata.
Di masa kini, kata dia, perang tidak mengenal bentuk atau disebut asimetris. Perang jenis itu lebih berat karena bukan lagi bertumpu pada kekuatan militer untuk menang. Tetapi justru dilakukan dengan cara-cara yang lembut.
Pada era perang asimetris, lanjut dia, apa saja bisa menjadi senjata dan bisa dilancarkan dengan sangat halus, bahkan lewat seni sekalipun. Dalam skala yang lebih besar, perang asimetris bisa berbentuk kebudayaan yang dampaknya bisa lebih dahsyat daripada perang zaman dulu dengan mengangkat senjata.
Maka dari itu, menurut dia mengkampanyekan perdamaian pada anak-anak muda tentu hasilnya akan lebih baik dibanding pada generasi tua seiring kebutuhan kekinian di tengah ancaman perang asimetris.
Dalam gerakannya, Visi Visions of Peace Awards selalu memfasilitasi generasi muda untuk menyuarakan perdamaian toleransi melalui cara kreatif.
Dalam rangka mewujudkan hal ini, International Film Festival Group, festival internasional yang telah berpengalaman lebih dari delapan tahun menyelenggarakan acara-acara festival internasional, bekerja sama dengan bekerja sama dengan Cheryl Halpern, seorang filantropis dan sineas senior, yang memiliki latar belakang dunia perfilman dan komunikasi secara ektensif, tergerak untuk melakukan misi kemanusiaan ini, dan Natasha Dematra sebagai co-founder.
Penggalangan festival ini adalah untuk mencari bakat-bakat baru, mengembangkan kreativitas, dan menggali bibit-bibit terpendam dalam bidang seni dan perfilman, khususnya di antara generasi muda.
Festival ini diharapkan dapat memfasilitasi pemuda-pemudi Indonesia mengasah bakat seni, menyalurkan ide dan gagasan melalui media film, dan akhirnya mengembangkan budaya dan seni dunia perfilman Indonesia, yang khususnya mengambil kemanusiaan dan perdamaian. []