WARTABUANA – Di banyak negara, sosok seorang Dewi biasanya hanya berupa simbol seperti gambar atau patung. Namun tidak dengan masyarakat di Nepal, yang memiliki wujud Dewi hidup melalui pemilihan seorang anak perempuan.
Sejak masih bayi, seorang anak perempuan akan dipilih untuk menjadi sosok Kumari. Mereka yang terpilih menjadi Kumari dipercaya sebagai reinkarnasi dari Dewi kekuatan dalam agama Hindu, Kali.
Dari masa seorang Kumari terpilih, ia harus melewati 32 tes hingga masa pensiunnya – ketika mencapai usia menstruasi. Setelah mulai mendapat haid, seorang Kumari akan berhenti dari statusnya sebagai Dewi dan baru mulai dapat hidup seperti layaknya anak biasa.
Dilansir dari Mail Online, Kumari Samita Bajracharya (12), baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Kumari dan mulai dapat bersekolah di tempat umum.
Sejak bayi, Kumari Samita dipuja oleh ribuan orang di Nepal dan bahkan saking dianggap sucinya, ia tidak pernah diperbolehkan berjalan dengan kakinya sendiri. Karena sejak bayi selalu dipanggul orang lain, ketika pensiun, Samita yang sudah berusia 12 tahun tidak dapat berjalan dengan lancar.
Tidak hanya itu, kekuatan tulang kakinya pun jadi lemah karena tidak pernah digunakan untuk menopang tubuh sejak lahir.
Ketika seorang Kumari terpilih, ia akan dibawa `bersembunyi` di sebuah kuil terpencil dan hanya boleh memperlihatkan diri saat menghadiri festival-festival keagamaan. Kumari hanya perlu duduk manis menunggu ratusan orang datang untuk menyembah dirinya dan memberikan persembahan.
Sangat Dihormati
Di Nepal, sosok Kumari sangat dihormati dan dianggap lebih dari manusia lain. Bahkan ketika seorang Kumari sudah mencapai masa menstruasi, statusnya sebagai ex-Kumari tetap memberikannya hak istimewa.
Saat pensiun, Kumari Samita harus menjalani upacara pembersihan diri. Rambutnya yang selalu digulung ke atas akan dilepas dan simbol mata tiga di dahinya akan dihapus. Saat inilah ia sudah dapat menjalani kehidupan seperti biasa bersama keluarganya.
Selama 12 tahun, Kumari Samita hanya boleh muncul 9 kali di hadapan publik. Setelah pensiun, untungnya seluruh Kumari disediakan beasiswa penuh oleh sekolah St. Xavier. Tentunya mereka akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran mengingat baru menyentuh sekolah di usia belasan tahun. []