WARTABUANA – Usia lanjut tidak menyurutkan delapan pria berusia 60 – 70 tahun penggemar olah raga bersepeda mengikuti Tour De France 2023, sebagai penggembira dalam evant balap sepeda internasional itu. Mereka bukan peserta lomba balap sepeda berajak 3000 KM itu,tetapi mereka tercatat sebagai peserta penggembira Tour De France dari berbagai negara.
Perancis memberikan panggung bagi penggemar olah raga bersepeda dari berbagai negara untuk ikut serta.
Jika peserta lomba Tour Dr France menempuh jarak 3.000 kilometer yang dibagi dalam beberapa etape dan melalui medan berkelok dan menanjak, dan diikuti oleh pembalap profesional, maka peserta penggembira hanya menempuh jarak 1.000 kilometer dengan menelusuri pantai yang berpemandangan indah dan datar.
Pesertanya pun bukan pembalap profesional, tetapi penggemar olah raga bersepeda. Usianya pun tidak dibatasi. Terpenting sehat dan mampu mengayuh sepeda melewati beberapa negara di Eropah.
Ada delapan manula penggembira Tour De France itu, mereka adalah Fatahangi, Anton Bangun, Pandang Hendar, Puguh Santoso, Sudarman Ade, Subhan, Buce. Mereka berangkat pada Jumat (7/7/2023) petang dari dari Bandara Soekarno – Hatta, Cengkareng menggunakan maskapai Emirates EK-357 pada pukul 17.40.
Sebelum berangkat ke Francis, ke 8 penggemar olah raga bersepeda ini telah menjajal medan di beberapa daerah di Pulau Jawa, Bali, Lampung hingga Makassar. Setelah menjajal ribuan kilometer di dalam negeri, kini mereka menjajal jalanan di Eropah bersamaan event Tour De France 2023 yang diadakan selama tiga minggu pada setiap bulan Juli.
Keajaiban Bersepeda
Gowes bersamaan Tour De Frances bagi mereka bukan untuk gagahan atau naik podium di tiap etape,tetapi untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang luar biasa didapatkan dari bersepeda.
Sebagai orang telah memasuki usia lansia, penyakit selalu ikut serta bersamaan bertambahnya usia.
Diantara mereka sebelum ini memiliki riwayat kesehatan yang tidak baik -baik saja. Sudarman Ade yang Juli ini genap berusia 70 tahun telah divonis oleh dokter di tiga rumah sakit berbeda di Jakarta, Singapura dan Kualalumpur, Malaysia harus operasi jantung. Pasalnya, jantungnya bocor sebesar 78 persen. Selama tiga tahun dia bolak-balik ke rumah sakit di Jakarta.
Gangguan jantung Sudarman terdeksi oleh dokter di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Untuk mendapatkan second opinion, dia memeriksakan jantungnya ke rumah Elisabeth Singapura. Hasilnya sama. Dokter rumah sakit itu menyarankannya operasi jantung.
Untuk meyakinkan lagi, Sudarman memeriksakan jantungnya ke rumah sakit di Kualalumpur, Malaysia. Hasilnya, idem tito. Segera operasi karena tingkat keparahan jantungnya sudah 78 persen.
Dia pun pasrah. Sambil menunggu jadwal operasi di rumah sakit Elisabeth, Singapura, dia mengisi hari-harinya bertakafur di masjid An-Nashra, dekat rumahnya di kawasan perumahan Kelapa Gading, Jakarta Timur.
Upaya lain, obat-obat diresepkan Dokter untuk 3 bulan dihabiskannya.
Jelang hari “H” pelaksanaan operasi, Indonesia dan dunia dilanda pandemi Covid -19. Semua kegiatan dihentikan. Tidak ada penerbangan ke luar Negeri. Bahkan kegiatan ibadah di masjid dikurangi. Sudarman pasrah akan kondisi jantungnya sambil berdoa untuk mendapatkan kesembuhan.
Ditengah kejenuhan tinggal di rumah itu, tiba-tiba datang tawaran dari rekan-rekannya sesama jamaah Masjid An-Nas untuk bersepeda bersama. Sebelum ini Sudarman telah membeli sepeda olah raga, mengikuti teman-temannya yang sudah terlebih dahulu memiliki sepeda.
Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung diterima. Mula-mula mereka bersepeda di lingkungan perumahan. Sudarman pun tidak bisa jauh-jauh mengayuh sepedanya. Baru 5 kilometer, dia sudah kecapaian. Akibat sakit jantungnya. Bertahap, dia bisa menempuh jarak 10 kilometer .
Tak terasa, Sudarman bersama teman-temannya mampu bersepedanya keliling Jakarta. Maka bersepeda jadi agenda rutin mereka. Tiga kali dalam sepekan mereka bersepeda.
Anehnya, rasa capek dan nafas terengah-engah bertahap hilang.Jarak puluhan kilometer mampu dilakoninya.
Bersama komunitas pengemar olah raga sepedanya mereka ber-gowes ke daerah tetangga dia daerah Serpong,Tangerang Selatan, lalu ke Jawa Barat. Berlanjut ke Jawa Tengah, Bali , Lampung dan Makassar, Sulawesi Selatan. Sudarman mampu mengayuh sepeda hingga 150 kilometer.
Selepas Pandemi Covid-19, Sudarman mendatangi rumah sakit Elisabeth, Singapura untuk membicarakan kelanjutan operasi jantungnya.
Subhanallah. Dokter tegaskan, Sudarman tidak perlu operasi karena kondisi jantung telah membaik. Kebocoran tinggal 30 persen. “Lanjutkan olah raga sepedanya. karena olah raga ini yang menyehatkan jantung bapak hingga tak perlu operasi,” kata dokter.
Kini, Sudarman dan kawan-kawan lansianya menjajal ber- gowes ke Eropah bersamaan dengan event Tour De France. [Erwan Mayulu]