WARTABUANA – Setelah sekian lama vakum akibat pandemi Covid-19, Laboratorium Teater Ciputat (LTC) kembali hadir menuntaskan rindu para penikmat kesenian melalui program “Aktivasi Aktor” di The Japan Foundation, Jakarta.
Sejak didirikan pada 1 Desember 2005 silam, LTC)selalu berupaya untuk konsisten dalam menampilkan berbagai lakon pertunjukan baik berbasis teks naskah atau eksplorasi.
Namun, keberadaan pandemi Covid 19 yang sempat melanda di berbagai negara pada beberapa tahun belakangan ini membuat beberapa produksi pertunjukan luring terhenti untuk sementara waktu. Namun LTC masih mencoba bertahan dengan tetap berlatih dan membuat pertunjukan kolaborasi dengan TCs (Jepang) dan membuat simposium.
Saat ini, seiring bergulirnya waktu dan meredanya pandemi Covid 19, LTC kembali hadir untuk menyajikan pertunjukkan demi menuntaskan rindu para penikmat kesenian melalui program “Aktivasi Aktor” yang dipentaskan pada Jumat, 2 september pukul 20.00 yang berlokasi di The Japan Foundation, Jakarta.
Aktivasi aktor merupakan program untuk merevitalisasi makna secara lahir dan batin seorang aktor. Dalam program ini, seorang aktor memiliki posisi yang sangat penting untuk menggugah lebih jauh gairah dalam dirinya pada tataran konsep, dan menempatkan dirinya secara wadak dan intelektual untuk memberikan peranan lebih pada proses produksi sebuah pertunjukan yang dilakukan secara individu maupun kolektif.
Berpijak pada naskah drama karya penulis terbaik Indonesia dan dunia, para aktor ditugaskan untuk meramu naskah menjadi sebuah naskah adaptasi yang akan diperankan nantinya. Oleh sebab itu, di dalam program Aktivasi Aktor ini, para aktor mendapatkan peran sebagai penulis, sutradara, konseptor, dan juga pemeran dalam lakon yang telah ditafsirkannya.
Program ini tentunya juga dikawal dan dikontrol oleh tim artistik dan tim produksi demi menunjang terwujudnya pertunjukkan yang ciamik. Pada program Aktivasi Aktor kali ini LTC akan menampilkan dua pentas monolog berjudul Koyal 2713 dan Sebelum Bunga Hitam yang akan diperankan oleh Permana dan Sir Ilham Jambak. Kedua karya tersebut merupakan hasil adaptasi dan interpretasi naskah dari dramawan tersohor.
“Kedua naskah yang kami tampilkan hari ini merupakan karya-karya dari para dramawan terbaik dan telah kami ramu menjadi sebuah replika atas tragedi-tragedi sosial politik yang sering kali terjadi di sekeliling kita saat ini,” ucap Wulan Pusposari selaku Pimpinan Produksi Aktivasi Aktor.
Lakon Koyal 2713 adalah hasil dari proses pengadaptasian Permana atas naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer. Dalam lakonnya, Permana mengisahkan tentang belenggu Undang-Undang Transaksi Elektronik (UU ITE) yang menjadi jebakan bagi masyarakat kelas bawah. Peraturan yang dibuat dengan keotoriteran tanpa sosialisasi yang luas membuat banyak masyarakat kelas bawah tidak memiliki kesempatan untuk memahami, dan tidak memiliki daya serta kuasa untuk melawannya sehingga melulu menjadi korban dari semua kebijakan yang tidak berpihak.
Koyal yang merupakan tokoh sentral dalam lakon tersebut merupakan representasi dari masyarakat kelas bawah yang mencoba memasuki dunia virtual dan terjebak di dalamnya hingga kemudian menjadi terdakwa. Koyal sebagai sosok yang dirongrong oleh kesengsaraan hidup serta lingkaran kelaparan berusaha bertahan hidup melalui sebuah permainan online yang baru ia kenal dan diharapkan membawa keberuntungan baginya.
Namun, nyatanya melalui permainan tersebut Koyal justru semakin dipecut oleh kesialan baru dari hukum yang tidak ia pahami. Permainan online tersebut menyeretkan pada dakwaan penyebarluasan judi online. Melalui tokoh Koyal, penonton diajak untuk memahami bahwa kesengsaraan, kemiskinan, dan penindasan adalah milik mereka yang tidak mengerti apa-apa. Hal tersebut tentunya menjadi refleksi mengenai hukum yang melulu tajam ke bawah.
Naskah kedua dalam program ini, yaitu Sebelum Bunga Hitam merupakan ramuan dari Sir Ilham Jambak dalam tafsir bebas atas Macbeth sebagai adjektiva karya William Shakespeare terjemahan WS Rendra. Tokoh Macbeth di dalam lakon tersebut dijadikan sebagai sebuah simbol dari berbagai kata sifat di dalam raga manusia, seperti ambisi kuasa, keraguan, ancaman, dan kegundahan lainnya.
Berdasarkan pijakan tersebut, pertumbuhan adegan akan diawali dengan visualisasi gairah perang, baik dalam skala besar atau pun skala kecil. Perang yang dimaksud bukan hanya pembunuhan manusia secara fisikal, namun pembunuhan hati nurani, kepercayaan, dan karakter pada diri seseorang. Macbeth yang merupakan seorang prajurit berambisi untuk melakukan pembunuhan kepada Sang Raja untuk memenuhi impian ia dan istrinya untuk menjadi seorang raja.
Berbagai kebiadaban yang dilakukan Macbeth untuk memenuhi hasratnya membuat ia dihantui berbagai kegelisahan. Pembunuhan berencana yang dilakukan Macbeth merupakan satu di antara banyaknya pembunuhan-pembunuhan berencana lainnya yang dilakukan demi mencapai kekuasaan. Macbeth merupakan simbol kebutaan hati nurani yang kerap kali dimiliki oleh para petinggi dan penggila kuasa.
Kedua lakon yang dimainkan dalam program ini diharapkan menjadi refleksi bagi berbagai persoalan hukum saat ini sedang mengalami karut-marut dan hanya memihak pada beberapa golongan tertentu. Melalui berbagai rentetan proses yang dijalankan oleh para aktor dan tim produksi dalam program ini, LTC berharap semoga program Aktivasi Aktor ini menjadi sebuah langkah untuk menginjeksi kultur teater kepada masyarakat luas.
“Kami berharap semoga program ini menjadi sebuah langkah untuk mendorong penciptaan karya teater yang diinisiasi seorang actor dan kami juga sedang mempersiapkan Aktivasi Aktor jilid dua yang rencananya akan berlangsung di awal November.” tutur Wulan.[]