WARTABUANA – Rapat Koordinasi (RAKOR) “Organisasi Pewayangan Indonesia,” yang diselenggarakan SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta Timur, Selasa (10/03/2020) berlangsung hangat dan dinamis. Dalam Rakor yang dihadiri banyak budayawan itu muncul berbagai pandangan dan harapan, salah satunya, para penggiat seni pedalangan diharapkan dapat menawarkan cara baru untuk merumuskan wayang berstandar multi level.
Hal lain yang muncul adalah tugas para stake holder pewayangan untuk mensosialisasikan karya sastra melalui kesenian wayang kepada generasi milenial. Karena faktanya anak-anak Indonesia dalam beberapa dekade mengalami kelangkaan sastra panggung. Apalagi cerita-cerita yang memiliki nilai didaktif.
“Hal ini untuk lebih memasyarakatkan seni wayang dalam tingkatan usia muda. Cerita wayang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan kejiwaan,” ujar Ketua Umum SENA WANGI, Drs. Suparmin Sunjoyodi acara tersebut.
Salah satu tantangan terbesar, kata Suparmin, adalah bagaimana cara menanamkan kecintaan seni pertunjukan wayang kepada anak-anak muda generasi milenial. “Saat ini jarang anak muda yang betah menyaksikan pertunjukan wayang sampai selesai. Apalagi jika pertunjukan itu berlangsung hingga pagi hari,” ujarnya.
Rapat Koordinasi (RAKOR) Organisasi Pewayangan Indonesia, menghadirkan narasumber antara lain, Kuat Prihatin, S.Sos.,M.M (Perencana Ahli Madia Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI).
Dalam kesempatan tersebut, Kuat Prihatin, menyampaikan tentang perlunya mendisain cerita-cerita wayang untuk anak. Apalagi kegiatan “Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda” yang selama ini telah dilaksanakan PEPADI cukup direspon positif.
“Sastra (wayang) hadir memberi pencerahan moral. Sehingga terbentuk manusia-manusia berkarakter dan berbudi luhur. Mengembangkan imajinasi anak-anak. Membantu mereka bagaimana mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan berbagai cara,” ujarnya.
Generasi masa kini, kata Kuat, langsung masuk dalam pusaran abundance dengan berbagai kemudahan akses informasi, jejaring sosial, dan event industri hiburan. Akibatnya, anak-anak millenial kehilangan dunianya sebagai anak.
“Hal ini tercermin pada perilaku, bagaimana ia merespons, meyakini, menilai, menghayati suatu hal. Mereka cenderung berperilaku, dan berbicara layaknya orang dewasa,” paparnya.
Tampil juga sebagai pembicara Drs. H. Solichin (Ketua Dewan Kebijakan SENA WANGI), Drs. Suparmin Sunjoyo (Ketua Umum SENA WANGI), Kondang Sutrisno (Ketua Umum PEPADI), Dubes Samodra Sriwidjaja (Ketua Umum UNIMA Indonesia), Dr. Sri Teddy Rusdy, SH. M.Hum (Akademisi), serta narasumber lainnya.
Tampak hadir Mohamad Sobary (Budayawan), Romo F.X. Mudji Sutrisno (Budayawan dan Akademisi), Sumari, S.Sn (Sekretaris Umum SENA WANGI), Eny Sulistyowati S.Pd , MM (Kepala Bidang Humas SENA WANGI), serta para dalang, dan penggiat seni budaya wayang lainnya.
Pada kesempatan tersebut, juga diluncurkan (soft launching) sebuah buku berjudul “Blencong Wayang Dalam Hidup Zaman Now” karya dalang yang juga seorang pengamat seni wayang, Romo Y. Sudarko Prawiroyudo. Melalui karyanya penulis memotret berbagai kondisi sosial politik abad ini yang faktual pada zamannya.
Rapat Koordinasi (RAKOR) Organisasi Pewayangan Indonesia, antara lain membahas tindak lanjut berbagai pencapaian besar yang diraih SENA WANGI. Terutama dalam rentang waktu tahun 2018 – 2020, setelah ditetapkannya KEPPRES No. 30 Tahun 2018, tentang Hari Wayang Nasional.
“Dalam rapat ini kami menyampaikan laporan 4 tahunan Pewayangan Indonesia, yang telah kami sampaikan kepada UNESCO. Selanjutnya laporan terkait dengan pengembangan Filsafat Wayang, bidang penerbitan, misi ke luar negeri: Sidang NGO-UNESCO di Bogota, Colombia, Sidang Ke 8 Asosiasi Wayang ASEAN & Fistival Wayang ASEAN, di Manila 26-29 Februari 2020, serta rencana pergelaran Wayang di 3 kota, di Eropa pada bulan Juni 2020,” terang Suparmin.
Rapat juga membahas terkait dengan kegiatan “Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda” yang dilaksanakan PEPADI. Selanjutnya membicarakan rencana Kongres UNIMA Internasional & Festival Wayang Dunia, yang akan dilaksanakan UNIMA Indonesia, di Gianyar Bali, 13-19 April 2020 mendatang.
Pembahasan lainnya terkait dengan kebangkitan Wayang Orang Ngesti Pandowo di Semarang, dan sejumlah kegiatan lain baik yang telah dan akan dilaksanakan oleh organisasi pewayangan Indonesia.
Soft Launching Buku
Pada kesempatan tersebut, juga diluncurkan (soft launching) sebuah buku berjudul “Blencong Wayang Dalam Hidup Zaman Now” karya dalang yang juga seorang pengamat seni wayang, Romo Y. Sudarko Prawiroyudo. Melalui karyanya penulis memotret berbagai kondisi sosial politik abad ini yang faktual pada zamannya.
“Kami berharap buku ini dapat menjadi komprador yang menjembatani kisah-kisah masa lalu yang menyejarah dalam konteks kekinian. Menjadi katalisator kebudayaan; penguat ketahanan dan identitas kebangsaan. Budaya adiluhung ini dapat dikenal, diturunkan, dan diwariskan kepada masyarakat, terutama generasi muda; ’kids zaman now’, baik dari segi konten maupun konteksnya,” ujar Kepala Bidang Humas SENA WANGI, Eny Sulistyowati S.Pd , MM, yang telah menerbitkan buku ini.
Dalam rangka misi kebudayaan, Eny Sulistyowati juga mendapat mandat dari SENA WANGI untuk memimpin delegasi kesenian ke Eropa. “Kita juga mengharap dukungan Pemerintah. Salah satu upaya kami menjaga kelestarian wayang, adalah dengan membawa kesenian wayang ini keliling Eropa, sekaligus membawa misi kebudayaan Indonesia ke pentas global. Insya Allah bulan Juni 2020, kita melakukan lawatan budaya di tiga kota, di Eropa, yaitu, Bled (Slovenia), Vienna Velden (Austria) dan Trieste (Italy),” terang Eny.[]