JAKARTA, WB – Persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika ternyata belum kokoh, kebersaman kita sebagai bangsa masih rentan oleh berbagai hal seperti kepentingan politik, kesenjangan ekonomi dan Pancasila belum dipahami dan diterima secara menyeluruh.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Teddy Sugianto saat memberikan kata sambutan di acara pelantikan pengurus Perhimpunan INTI di Sense Restaurant, Mangga Dua Square, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Kamis (9/11/2017).
Teddy Sugianto terpilih sebagai Ketua Umum Perhimpunan INTI sebagai hasil Munas IV INTI yang digelar pada bulan Agustus lalu untuk masa bakti 2017 hingga 2021.
Di hadapan para pengurus, undangan dan beberapa tokoh nasional seperti Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Umum ICMI, Prof. Dr. Jimly Asshidiqqie dan sejumlah perwakilan dari berbagai instansi pemerintah, Teddy Sugianto mengajak semua anggota Perhimpunan INTI untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
“Sebagai anak bangsa, Perhimpunan INTI yang berwawasan kebangsaan memiliki tanggung jawab yang tidak ringan. Bangsa dan negara kita saat ini ternyata masih menghadapi berbagai persoalan kebangsaan,” ujar Teddy Sugianto.
Menurutnya, hal-hal mendasar seperti persatuan bangsa dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika ternyata belum kokoh seperti yang diubayangkan. “Kebersaman kita sebagai bangsa masih rentan oleh berbagai hal termasuk kepentingan politik dan dampak negatif kesenjangan ekonomi. Dan bahkan Pancasila sebagai dasar negara masih belum dipahami dan diterima secara menyeluruh,” paparnya.
Teddi Sugiantoi mengajak semua anak bangsa khususnya anggota Perhimpunan INTI untuk mensyukuri kebhinnekaan, mengukuhkan persatuan dan menegaskan ke-Iindonesiaan.
“Kebhinekaan bisa menjadi kekuatan dahsyat jika kita bisa kelola dengan baik. Persatuan menjadi kata kunci yang harus erat kita pegang dan wujudkan. Terus perkokoh dan jangan biarkan ngoyah meski sedikit,” tegasnya.
Perhimpunan INTI dideklarasikan pada 10 April 1999 oleh 17 orang pendirinya. Tujuannya tidak hanya fokus kepada kegiatan sosial, tetapi lebih banyak pada upaya-upaya mempersamakan derajat Tionghoa di masyarakat.
Visi dan misi Perhimpunan INTI, adalah berorientasi kepada kebangsaan Indonesia yang menghargai hak asasi manusia, egaliter, pluralis, demokratis dan bermartabat.
Menurut Wakil Ketua Umum Perhimpunan INTI dr. Indra Wahidin, siapapun bisa bergabung sebagai anggotanya tanpa dibatasi kepada warga Indonesia etnis Tionghoa.
“Persyaratannya asalkan Warga Negara Indonesia serta memenuhi dan mengacu kepada AD/ART iya monggo untuk masuk. Seperti di Medan yang gabung malah ada dari marga Marbun, Hutasoit dan sebagainya. Karena terpenting kita mempunyai kesamaan untuk menciptakan Indonesia yang bermartabat dan kembali kepada keadilan,” paparnya.
Ada yang menarik dari susunan pengurus Perhimpunan INTI. Nama Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU, Hery Haryanto Azumi masuk dalam jajaran elit di posisi dewan pakar organisasi. Masuknya nama tokoh NU itu menjadi bukti bahwa organisasi ini tidak eksklusif.
Hery adalah orang PBNU pertama yang masuk dalam pengurus sejak Perhimpunan INTI didirikan. Ketua Umum PB PMII periode 2005-2008 ini pun mengaku tidak keberatan. Baginya, dipercaya menjadi dewan pakar Perhimpunan INTI merupakan amanah yang harus dijalankan.
“Ya, meski ini berat, tapi saya tidak keberatan mendapat amanah ini. Saya berharap dapat mensinergikan prinsip PBNU dengan INTI. PBNU dengan Perhimpunan INTI secara prinsip sebenarnya sama. Jika PBNU mengusung Islam Nusantara, sementara INTI punya prinsip Tionghoa Nusantara,” kata Hery Haryanto Azumi. []